BIMATA.ID, Jakarta- Ekonom senior, Faisal Basri meminta agar pemerintah berhenti mengabarkan kepada rakyat bahwa utang Indonesia menumpuk akibat pandemi Covid-19.
Sebelumnya, Menteri Keuangan, Sri Mulyani pernah beberapa kali menyebut bahwa utang Indonesia naik akibat pandemi Covid-19.
“Kenaikan utang terjadi karena Covid-19,” ucapnya dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR pada 30 Agustus 2021.
Namun, Faisal mengatakan bahwa, utang Indonesia sudah menumpuk sejak sebelum pandemi Covid-19.
“Tolong pemerintah berhenti mewartakan kepada rakyat bahwa utang kita banyak karena Covid-19. Sebelum Covid pun sudah sangat banyak. Tolong, lah, fair,” katanya.
Faisal mengakui bahwa utang bukan hal yang melulu buruk sehingga harus dihindari. Dalam keadaan tertentu, hal tersebut dibutuhkan untuk membiayai belanja negara yang jumlahnya lebih besar dari pendapatan.
Namun, kata Faisal Basri, utang negara saat ini lebih banyak dipakai untuk keperluang bayar bunga alih-alih kepentingan lain.
“Ke mana belanja negara (dari utang) yang paling banyak? Bayar bunga! Di era Pak Jokowi, pertumbuhan pembayaran bunga pinjaman itu naik 180 persen. Tertinggi,” ujarnya pada 9 Februari 2022.
Hal ini sekaligus mematahkan klaim bahwa penyebab utang besar karena belanja modal pemerintah.
“Siapa bilang belanja modal pemerintah yang menyebabkan utang semakin besar, sangat tidak betul,” pungkas Faisal.
Belanja modal untuk pembiayaan infrastruktur, kata Faisal Basri, bersumber dari utang BUMN.
“Jadi kalau utang BUMN ditambah utang pemerintah, tahun depan jumlahnya sudah mendekati Rp10.000 triliun,” tutupnya.
(ZBP)