Novita Wijayanti Usulkan Pengelolaan SDA Memanfaatkan Sistem Monitoring Banjir Berbasis IOT dan Webgis
BIMATA.ID, Jakarta — Anggota Komisi V DPR RI Hj. Novita Wijayanti, SE., MM merasa tertarik untuk mengusulkan agar Dirjen Sumber Daya Air (SDA) membangun purwarupa sistem yang dapat memonitor tinggi muka air menggunakan teknologi terkini yaitu internet of things (IOT) dan menampilkannya dalam Website Geographical Information System (WebGIS).
Hal itu disampaikan Legislator Partai Gerindra ini saat mengikuti Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Dirjen SDA, pada Selasa 15 Februari 2022
Menurutnya dengan sistem yang dirancang berupa alat pengukur ketinggian muka air sungai yang akan dipasang pada bibir sungai, berbasis mikrokontroler sebagai pengolah data yang diperoleh dari sensor alat pengukur.
“Sensor ini bekerja sepanjang waktu.” kata Novita.
Selanjutnya data yang diperoleh, diolah dan dikirimkan ke web server berupa angka, yang dapat digunakan untuk menentukan status sungai. Pemantauan sungai dapat dilakukan dengan mengakses website GIS dengan tampilan peta google, yang akan menampilkan nama sungai, ketinggian sungai dan status sungai yang telah terpasang alat tersebut. Dengan alat rancangannya.
“Maka masyarakat luas dapat memantau secara mandiri terkait dengan kemungkinan adanya potensi bencana banjir,” ungkapnya.
Penanganan banjir dengan cara ini dapat dilakukan pada hampir seluruh sungai di bagian hilir. Faktor-faktor yang perlu pada cara penanganan ini adalah penggunaan penampang ganda dengan debit dominan untuk penampang bawah, perencanaan alur yang stabil terhadap proses erosi dan sedimentasi dasar sungai maupun erosi tebing dan elevasi muka air banjir.
“Banjir merupakan salah satu bencana yang sering terjadi di Indonesia, di musim hujan. Adapun dampak yang timbul akibat banjir diantaranya korban jiwa, terserang berbagai macam penyakit, rusaknya fasilitas umum seperti jembatan, jalan, putusnya aliran listrik, sekolah-sekolah serta fasilitas kesehatan,”paparnya.
Hal ini dapat terjadi karena volume air yang terdapat di sungai, danau maupun daerah dengan aliran air lainnya mengalami kelebihan kapasitas normal akibat dari adanya pemanfaatan air hujan sehingga air meluap.
“Pada umumnya terdapat dua peristiwa banjir. Yakni banjir yang terjadi karena hujan lebat yang berlangsung lama dan banjir kiriman dari sungai lain yang letaknya lebih tinggi. Guna menghindari dampak banjir terutama dalam hal keselamatan jiwa manusia, saat ini di banyak sungai telah dilakukan upaya pencegahan dini dengan cara dilakukan,”sambung Novita.
Pemantauan ketinggian air sungai. Alat pemantau yang ada saat ini pada umumnya masih bersifat manual, yakni menggunakan alat manual yang dipasang di bibir sungai. Alat tersebut dipantau secara manual oleh petugas jaga. Cara ini bisa menjadi keterbatasan, yakni jika petugas lengah, atau tidak terpantau karena terjadi di malam hari di saat petugas tidak jaga.
“Setelah terpantau indikasi akan terjadi banjir, maka petugas juga harus menginformasikan kepada petugas lainnya di hilir sungai. Selanjutnya petugas di hilir akan mengumumkan ke masyarakat akan terjadinya banjir,”ucapnya
Proses informasi dari informasi ketinggian air sampai ke masyarakat luas di hilir tersebut menurut Novita Wijayanti, masih memiliki keterbatasan.Yakni bisa terjadi kelengahan petugas jaga, terutama jika banjir terjadi tengah malam, serta penyebaran informasi ke masyarakat luas di sepanjang tepi sungai.