BIMATA.ID, Jakarta – Wakil Ketua Umum (Waketum) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golongan Karya (Golkar), Ahmad Doli Kurnia Tandjung menilai, dengan sistem politik saat ini kekuatan individu dominan menentukan kemenangan di pemilihan umum (Pemilu) 2024.
Misalnya, calon presiden (Capres) dan calon anggota legislatif (Caleg) yang diusung bisa mendongkrak suara partai.
“Jadi dalam situasi sekarang ini, kekuatan individu-individu apakah itu sebagai calon presiden, kemudian juga menjadi calon anggota DPR sangat menentukan,” ujar Doli, dalam diskusi daring, Jumat (11/02/2022).
Doli mencontohkan, di Partai Golkar setiap tahunnya berdasarkan survei relatif bertahan elektabilitasnya di angka 6 hingga 9 persen. Namun, suara yang diperoleh pada pemilihan umum (Pemilu) dapat meningkat akibat kekuatan Caleg atau Capres yang diusung.
“Itu pengaruh calon-calon yang diusung Partai Golkar, seperti calon anggota DPR,” jelasnya.
Ketua Komisi II Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI) ini menyampaikan, hasil tersebut merupakan konsekuensi sistem Pemilu yang ditetapkan yaitu proporsional terbuka.
Sebelumnya, Komisi II DPR RI telah mengusulkan penyempurnaan sistem, namun revisi Undang-Undang (UU) Pemilu batal dibahas karena pandemi. Diharapkan, kedepannya dilakukan penyempurnaan.
“Itu memang konsekuensi sistem Pemilu yang kita pilih sekarang tentu ada kelebihannya, tentu harus ada penyempurnaan berikutnya,” pungkas legislator daerah pemilihan (Dapil) Provinsi Sumatera Utara (Sumut) III ini.
Komisi II DPR RI mengambil keputusan terhadap penyelenggaraan Pemilu serentak 2024. Telah disepakati penyelenggaraan Pemilu 2024 digelar pada Rabu, 14 Februari 2024.
“Penyelenggaraan pemungutan suara Pemilu Serentak (untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden, Anggota DPR RI, DPRD Provinsi, DPRD Kabupaten/Kota, dan DPD RI) tahun 2024 dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 14 Februari 2024,” tutur Doli, saat membacakan kesimpulan rapat kerja (Raker) di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Senin (24/01/2022).
[MBN]
