BIMATA.ID, Kuningan – Ketua Dewan Pimpinan Cabang Perempuan Indonesia Raya (DPC PIRA) Kabupaten Kuningan, Sri Laelasari menyampaikan keterwakilan perempuan dalam politik sangat penting sebagai penyeimbang dalam mengambil keputusan atau membuat keputusan.
Sri menilai, momentum hari Ibu saat ini menjadi refleksi bagi kaum perempuan untuk berkeyakinan dan mampu menjadi seorang pemimpin baik di legislatif, Eksekutif ataupun di organisasi manapun.
“Harapan kami, semua ibu dan perempuan mampu menjadi seorang pemimpin. Karena, sudah banyak contoh sosok pemimpin perempuan yang sukses dalam semua bidang,” tutur Sri yang juga sebagai Anggota DPRD Fraksi Gerindra Bintang, Jumat (24/12/2021).
Meskipun secara skala kepemimpinan oleh perempuan melaksanakan tugas baik dalam kepartaian, organisasi ataupun di legislatif.
“Kita bekerja, dan berharap kepada pemerintah untuk bisa lebih mempertegas terkait tugas kami dalam UUD dan aturan sisi perlindungannya lebih dikuatkan lagi,” jelasnya.
Saat ditanya capai target keterwakilan perempuan di parlemen 30%, Sri menerangkan melalui organisasi PIRA. Pihaknya berharap keterwakilan di parlemen diharapkan mencapai target di angkat 30%.
Adapun starateginya yaitu dengan beberapa program ataupun kegiatan yang dilakukan oleh PRIA itu harus mengena di masyarakat dan berujung kepada kebesaran partai Gerindra.
“Kami semua perempuan yang terbentuk dalam wadah PIRA menyampaikan semua keluhan yang terjadi di lapangan termasuk sisi perlindungan perempuan dalam berpolitik sebagai gender, dalam kegiatan Rakernas PP PIRA yang saat ini masih berlangsung,” kata Sri.
Selain itu, Sri juga menyampaikan amanat dari Sekretaris DPP Gerindra Ahmad Muzani, yang mendelegasikan kepada seluruh Ketua Partai Gerindra seluruh Indonesia untuk bisa memfasilitasi Sayap PIRA dalam pemenangan Pemilu nanti.
“Kami berharap, sosok perempuan itu diwajibkan masuk di jajaran kepengurusan di kepartaian ataupun dalam kepanitiaan pemilu dan bahkan di berbagai organisasi. Kedepannya, diharapkan keterlibatan perempuan sebagai pengurus jajaran tertinggi di wajibkan ada. Jangan sampai para perempuan ini dijadikan pelengkap dalam struktur pengurus sebagai pemenuhan syarat saja,” ujarnya.
Menurutnya, kepemimpinan oleh sisi perempuan jauh lebih tertata rapi. Karena, saat berkeinginan lebih membaktikan diri sebagai pemimpin.
“Mereka terlahir dari satu rumah sederhana yang tertata dan lebih memperluas dengan keterwakilan menjadi pemimpin yakni gender,” pungkasnya.
(ZBP)