BeritaEkonomiInternasionalNasional

Luhut Sebut Nasib Ekonomi RI Tak Bisa Lepas dari China

BIMATA.ID, Jakarta- Potensi stagflasi yang terjadi pada perekonomian China menjadi hantu mengerikan bagi sejumlah negara, termasuk Indonesia. Hal ini karena ketergantungan Indonesia dengan China masih sangat besar.

Stagflasi merupakan situasi perekonomian dimana angka inflasi beranjak naik, sementara aktivitas ekonomi stagnan atau bahkan melambat.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengomentari kondisi perekonomian China, akan berdampak pada Indonesia. Imbasnya jika negeri tirai bambu melambat akan membuat ekonomi Indonesia melambat.

“Ya pasti kalo market mereka slow down, kita juga slow down. Kita berharap jangan AS dan Rusia kelamaan sakit, kalo kelamaan sakit bengek juga kita,” kata Luhut dalam wawancara khusus, Jumat (19/11/2021).

Luhut mengatakan dalam kondisi ini kegiatan ekspor impor harus seimbang, jangan semua ke China. Disebar ke beberapa negara seperti Abu Dhabi, Jepang, hingga Filipina.

Kondisi perekonomian stagflasi di China terungkap dalam data yang disampaikan Biro Statistik Nasional China (NBS) dimana tingkat inflasi produsen (Producer Price Index/PPI) China melonjak tajam.

Per September 2021, PPI China mencapai 10,7% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. ini adalah rekor tertinggi setidaknya semenenjak 1996.

Saat tekanan inflasi mulai terasa, output perekonomian malah melambat. Ini terlihat dari aktivitas manufaktur yang dicerminkan dengan Purchasing Managers’ Index (PMI).

Biro Statistik Nasional China (NBS) melaporkan PMI manufaktur periode Oktober 2021 adalah 49,2, turun dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 49,6, sekaligus jadi terendah sejak Februari 2020.

Menurut pengamat, ekonomi yang melambat tetapi inflasi tinggi inilah yang dikenal dengan istilah stagflasi dan menjadi ‘mimpi buruk’ bagi china, karena pelaku ekonomi harus membayar mahal demi pertumbuhan ekonomi yang biasa saja.

 

(ZBP)

Tags

Related Articles

Bimata
Close