BIMATA.ID, Jakarta- Belakangan ini, Ekonom Senior Faisal Basri merupakan salah satu pengamat yang rajin mengkritik kebijakan pemerintah. Kritik yang dilontarkan terbilang berani dan dibalut dengan kalimat yang nyeleneh.
Dia cukup lantang meneriakkan kritikannya terhadap proyek-proyek penting pemerintah. Mulai dari Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Food Estate hingga proyek mercusuar Ibu Kota Negara (IKN). Dia juga mengkritik soal banyaknya TKA China yang masuk ke Indonesia.
Faisal sedikit berbeda dengan tokoh-tokoh publik yang juga sering mengkritik pemerintah. Dia bukanlah pihak oposisi. Dia juga tidak berada dalam satu organisasi ataupun partai politik.
Namun beberapa pihak menilai, Faisal hanya jago melontarkan kritik dan diragukan jika duduk di kursi pemerintahan. Namun, Faisal tidak menampik pernyataan itu. Dia mengakui dirinya tidak cocok untuk menduduki posisi di dalam pemerintahan.
“Yang paling tahu kelemahan saya adalah saya sendiri, yang paling tahu kemampuan saya adalah saya sendiri. Saya mengukur diri dan saya memandang saya tidak cocok untuk menduduki posisi-posisi di dalam pemerintahan,” tuturnya.
Dirinya mengaku sering ditawari posisi-posisi penting di tubuh pemerintah. Namun tawaran itu selalu dia tolak. Dia juga mengaku pernah ditawari menjadi komisaris di salah satu BUMN.
“Diminta jadi Dirjen Bea Cukai saya tolak. Diminta jadi staf khusus Menko saya tolak. Diminta jadi komisaris juga saya tolak. Jadi tidak saja di pemerintahan tapi di BUMN juga saya tolak, perusahaan swasta juga banyak yang minta saya. Tapi ndak,” terangnya.
(ZBP)