BIMATA.ID, Jakarta – Mantan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Republik Indonesia (RI), Fahri Hamzah, kembali melontarkan sindiran kepada partai politik (parpol) di parlemen yang selama ini menganggapnya oposisi.
Wakil Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia ini menilai, kenyataannya oposisi makin melempem lantaran tidak berani menggunakan hak imunitas.
Fahri menekankan, sistem negara RI mengatur kalau anggota parlemen tidak mudah ditaklukan karena memiliki kekebalan.
“Mereka ini (anggota parlemen) tidak mudah ditaklukkan oleh marabahaya politik karena kebal. Jalurnya resmi. Tapi, kalau kekebalan nggak dipakai, mendingan nonton wonder woman ada Gal Gadot,” ujarnya, Rabu (17/11/2021).
Dia menyebut, jika parlemennya semakin dinamis, maka eksekutif makin sehat. Namun, kalau makin melempem parlemennya, maka eksekutif tidak sehat.
“Ini hukum tak tertulis!” tegas Fahri.
Fahri mengingatkan, rakyat sudah memilih dan menugaskan para wakilnya yang duduk di parlemen untuk hajar kejahatan dalam negara. Sehingga, parpol oposisi di parlemen jangan cuma ngomel.
Tapi, dengan kekebalan yang dimiliki harusnya memanggil, menginvestigasi, dan membongkar setiap persoalan maupun kejanggalan.
“Kalau rakyat yang ngomel wajar. Tapi kan bisa kena ITE, sementara kalian kebal. Nah, kekebalan kalian jangan dipakai ngomel. Panggil, investigasi, bongkar! Berani nggak?” pungkasnya.
Menurut Fahri, DPR RI memiliki hak imunitas atau kekebalan yang melekat dalam setiap anggota dewan. Oleh karenanya, dia mengkritisi agar Anggota DPR RI memakai kekebalan untuk menarik simpati rakyat.
“Mereka kita kasi hak sidak (inspeksi mendadak), tapi dipakai untuk tinjau proyek. Terhadap kejanggalan dalam penyelenggaraan negara dan penegakan hukum tak berani disentuh,” tutur mantan Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) ini.
“Jadi, kekebalan hanya untuk kritikan dan petak umpet. Tidak membuat kejahatan jabatan dan negara bertekuk lutut,” imbuh Fahri.
Sebelumnya, Fahri beberapa kali melempar sindiran soal oposisi melempem, penakut, dan planga plongo di media sosial Twitter.
[MBN]