Banyak Kasus Bocor Data, Pemerintah Diminta Pakai Cloud
BIMATA.ID, Jakarta- Pemerintah diminta serius melakukan pengamanan data masyarakat, hingga penggunaan layanan cloud untuk penyimpanan data. Hal tersebut disampaikan Pakar keamanan siber dari Vaksin.com, Alfons Tanujaya.
Ia mengatakan, apabila pemerintah ingin mendapatkan manfaat dari adanya revolusi digital, maka seharusnya pengelolaan aset digital menjadi salah satu prioritas utama yang harus dimiliki seluruh lembaga pemerintahan.
“Seharusnya kemampuan pengelolaan aset digital yang baik menjadi salah satu prioritas utama yang harus dimiliki oleh seluruh jajaran pemerintahan,” ujar Alfons lewat keterangan tertulis, Senin (01/11/2021).
Dia juga mengatakan, masyarakat bisa berkaca dari beberapa kasus kebocoran data di institusi pengelola data yang mengalami kebocoran data.
Lembaga disebut enggan mengakui adanya kebocoran data, tetapi sibuk melakukan lobbying, menyangkal dan tidak mengakui mengalami kebocoran data.
Selain itu Alfons menilai dalam beberapa kasus antar institusi terkesan saling melindungi satu sama lain, serta tidak mengakui kalau sudah terjadi kebocoran data. Ia mengatakan peretasan dan kebocoran data adalah keniscayaan jika kita ingin mendapatkan manfaat dari mengelola data.
Lembaga pemerintah di negara maju seperti FBI atau perusahaan besar seperti Linked In, Yahoo dan Bukalapak pernah menjadi korban kebocoran data.
Namun demikian lembaga tersebut tidak malu mengakui terjadinya kebocoran data atau peretasan, jika telah melakukan langkah mitigasi dengan disiplin.
“Mengakui secara sportif bahwa data bocor atau menjadi korban peretasan dapat dikatakan 50 persen solusi dimana 50 persen sisanya adalah analisa dan mitigasi supaya hal yang sama tidak terjadi lagi,” tuturnya.
Di samping itu Alfons menjelaskan keterkaitan pengamanan data dengan anggaran. Ia menilai pengamanan data dengan anggaran hanya salah satu faktor mengamankan data.
Namun anggaran yang besar yang dapat digunakan untuk membeli piranti lunak dan perangkat yang mahal tidak serta merta akan mengamankan dari peretasan dan kebocoran data.
Ia mengatakan keamanan situs dan jaringan lebih ditentukan oleh sumber daya yang mumpuni serta kedisiplinan untuk menjalankan langkah yang diperlukan, dalam mengamankan data sesuai standar yang telah ditetapkan.
Perkembangan layanan pihak ketiga dan komputasi awan di dunia sekuriti memberikan pilihan yang dinilai Alfons efisien dan aman.
Di samping itu Alfons mengatakan perlu dipahami juga bahwa pihak ketiga bukan berarti akan lepas tangan dan menyerahkan seluruh pengelolaan sekuriti.
“Sebagai contoh, integrasi komputasi awan ke dalam teknologi pengamanan antivirus tradisional memberikan manfaat yang besar dimana teknologi antivirus cloud NGAV seperti Webroot memangkas ukuran program antivirus yang mencapai puluhan sampai ratusan Megabytes, menjadi hanya 5 MB,” tuturnya.
(ZBP)