BIMATA.ID, Jakarta- Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbud Ristek), Nadiem Makarim mengatakan, Pihaknya telah memberlakukan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas bagi anak sekolah di masa pandemi.
Menurut data dari Bank Dunia (World Bank) dan institusi riset lainnya memaparkan bahwa dampak learning lost sangat mengkhawatirkan lantaran penundaan PTM terbatas. Terlebih lagi bagi sekolah di tingkat PAUD dan Sekolah Dasar yang dinilai paling membutuhkan penerapan PTM terbatas.
PTM ini juga membuat orangtua khawatir akan terbentuknya ancaman kluster Covid-19 bagi para buah hati.
Hal yang sama juga dirasakan pada Deden Rochmawaty, General Manager Corporate Affairs PT Nusantara Infrastructure Tbk (META). Menghadapi sistem PTM terbatas, dia memiliki strategi untuk senantiasa menjaga keamanan buah hati.
“Pastinya mengurangi mobilisasi dan pastinya memilih-milih tempat atau daerah mana yang bisa dikunjungi anak-anak. Apalagi jika anak yang kita bawa di bawah umur 12 tahun yang notabene belum mendapatkan vaksin,” ujar Deden, Jumat (01/10/2021).
Dia selalu memilih tempat atau area outdoor menjadi solusi terbaik dan melakukan proteksi dini dengan menggunakan masker ketika ke luar rumah. Tak hanya itu, Deden meminimalisir untuk makan di area tertutup serta menggunakan hand sanitizer atau pembersih alat makan sebelum digunakan dan menjaga jarak, juga patut dilakukan oleh orang tua.
Ibu dari dua anak berusia dua tahun dan 11 tahun ini menambahkan sistem PTM terbatas juga perlu dilihat secara detail dari berbagai sisi. Misalnya, dia memperhatikan kapasitas anak di dalam kelas dan berapa lama waktu pembelajaran.
“Jangan sampai waktu pembelajaran anak di sekolah lama dan akhirnya ada waktu istirahat yang memungkinkan anak untuk membuka masker dan makan bersama temannya atau malah bertukar masker karena masker anak-anak bermotif lucu,” ujar dia.
Deden menambahkan, anak yang sudah bisa diberi tanggung jawab atau usianya sudah dewasa mungkin bisa patuh untuk senantiasa memakai masker dan tidak bertukar masker. Namun untuk anak di bawah 12 tahun benar-benar perlu pengawasan yang sangat ketat sehingga meminimalisir pembentukan kluster baru di sekolah.
“Dengan demikian, kerjasama antara pihak sekolah dalam hal ini guru dan orang tua lainnya juga sangat dibutuhkan,” pungkas Deden.
(ZBP)