BIMATA.ID, Jakarta – Sekretaris Jenderal (Sekjen) Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Helmy Faishal Zaini menyampaikan, Pancasila patut dipertahankan di tengah ancaman ideologi transnasionalisme.
“Bagi NU prinsip yang dipegang adalah bahwa segala ikhtiar untuk mengawal, melestarikan, dan mempertahankan Pancasila sebagai falsafah bangsa, dasar negara, dan konsensus nasional patut didukung dan diapresiasi di tengah ancaman ideologi transnasionalisme yang merapuhkan sendi-sendi keutuhan bangsa dan persatuan nasional,” ungkapnya, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat (01/10/2021).
Helmy menegaskan, NU memiliki komitmen kuat dan perhatian yang lebih dalam implementasi nilai-nilai Pancasila di kehidupan sehari-hari. Dia menambahkan, Nahdlatul Ulama memandang bahwa Pancasila merupakan konsensus kebangsaan yang bersifat final.
“Pada Musyawarah Nasional Alim Ulama di Situbondo tahun 1983 dan dikukuhkan dalam Muktamar ke-27 NU di Situbondo tahun 1984, NU memutuskan bahwa tidak ada pertentangan antara Islam tengah Pancasila,” tandas Helmy.
Pancasila, lanjut dia, juga didudukkan sebagai falsafah dasar yang menjadi pedoman untuk mewujudkan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur dengan tujuan melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia.
Dia juga menyebutkan, momentum hari kesaktian Pancasila harus dijadikan sebagai wahana untuk terus berpikir positif, berlaku positif, dan bergerak secara positif, agar semua dapat mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Helmy mengatakan, momentum hari kesaktian Pancasila juga menjadi penting untuk melihat sejauh apa implementasi sila-sila di dalam Pancasila.
“Dengan begitu, upaya pemaknaan itu akan menjadi produktif jika langsung ditindaklanjuti dengan aksi nyata mengamalkan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” katanya.
[MBN]