BIMATA.ID, Jakarta – Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo (Jokowi), mendapat pujian sebagai sosok yang jenius, efektif, dan teladan. Pujian ini disampaikan oleh seorang peneliti Asia Research Institute di National University of Singapore, yakni Profesor Kishore Mahbubani.
Menanggapi hal itu, Direktur Eksekutif Nurjaman Center Indonesia Demokrasi (NCID), Jajat Nurjaman menuturkan, pujian tersebut telah membuat kader Partai Demokrat meradang. Pasalnya, mereka pun ramai-ramai mengungkit kembali kejayaan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) kala mendapat pujian serupa saat menjabat sebagai Presiden RI.
“Meskipun pujian juga didapatkan Pak SBY saat jadi Presiden, namun substansi paling krusial dari pujian yang disampaikan kepada Jokowi ini berbeda. Terutama, menyangkut dengan keberhasilannya meredakan situasi politik nasional dengan menggandeng sang rival (Prabowo dan Sandiaga) turut masuk ke dalam Kabinet Indonesia Maju,” tuturnya, dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi Bimata.Id, Jumat (08/10/2021).
“Hal itulah yang tidak bisa dilakukan oleh SBY. Namun, saya kira terlepas dari semua itu, secara keseluruhan citra Jokowi saat ini bisa dikatakan sudah setara dengan mantan Presiden SBY,” imbuh Jajat.
Jajat menilai, penilaian baik dan buruk terhadap suatu kepemimpinan Presiden RI merupakan suatu yang lumrah, serta tergantung dari sudut pandang masing-masing.
Misal, pada era kepemimpinan SBY sistem Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) dikembalikan ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan disetujui Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI. Namun, karena tekanan publik akhirnya SBY membatalkan sistem itu dengan mengeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perppu).
Sementara, pada era kepemimpinan Presiden Jokowi sendiri pernah beberapa kali merevisi peraturan yang telah dikeluarkannya sendiri, salah satunya terkait dengan minuman beralkohol.
“Kesuksesan sebuah era kepemimpinan yang berbeda-beda di bidangnya ini, diakibatkan tidak adanya suatu sistem yang jelas dan terukur. Kebiasaan atas kebijakan yang dikeluarkan sesuai selera pemimpinnya perlu dirubah. Saya kira, ini yang seharusnya perlu dicarikan solusi oleh para elit Parpol. Sehingga, harapan Indonesia maju dan sejahtera bukan sebatas slogan kampanye semata,” ucap pengamat politik muda ini.
Profesor Mahbubani sebelumnya memuji Jokowi sebagai sosok pemimpin yang jenius. Dia menyebut, Presiden Jokowi sebagai pemimpin paling efektif di dunia.
Sorotan terhadap kejeniusan Jokowi tersebut disampaikan Profesor Mahbubani ke dalam tulisan berjudul ‘The Genius of Jokowi’. Tulisan ini tayang pada 6 Oktober 2021 di Project Syndicate, sebuah media nirlaba yang berfokus pada isu-isu internasional.
Profesor Mahbubani menyebut, Jokowi telah menjadi pemimpin yang layak mendapat pengakuan atas keberhasilannya dalam memimpin. Jokowi juga membuat model pemerintahan yang bisa dipelajari oleh dunia.
[MBN]