BIMATA.ID, Jakarta- Pemulihan ekonomi Indonesia tak hanya berpotensi mengalami pertumbuhan berpola W. Ternyata, pemulihan ekonomi di Indonesia bisa berpotensi berbentuk pola K, hal ini seperti disampaikan ekonom senior, Faisal Basri.
Pertumbuhan ekonomi pola K artinya, pemulihan hanya akan terjadi pada sektor atau kelompok tertentu, dan lainnya akan terjun bebas dari kondisi sebelum pandemi.
Dia menilai, target pertumbuhan yang dipatok dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) sejatinya hanya untuk mempermudah hitung-hitungan ekonomi dan keuangan negara.
Namun dalam realisasinya, lanjut dia, kebijakan dan dukungan pemerintah pada masyarakat lebih berperan dan menentukan arah pertumbuhan.
“Kalau saya lebih mementingkan kualitas dari pemulihan itu sendiri,” kata Faisal, dalam webinar Bincang APBN 2022, Senin, 18 Oktober 2021.
Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang mencapai atau pun melampaui target APBN tak akan berarti bila tak berkualitas. Dalam hal ini, Faisal mendorong agar pemulihan ekonomi dapat dirasakan oleh seluruh lapisan kelompok masyarakat dan tak melulu dinikmati segelintir orang.
Sementara pemulihan ekonomi pola W berarti ekonomi Indonesia pada satu titik akan mengalami pemulihan dengan kurva pertumbuhan yang meningkat, namun kembali menurun dan selanjutnya naik lagi.
Menurut ekonom Chatib Basri, target vaksinasi 70 persen dari total penduduk Indonesia akan menentukan pemulihan ekonomi yang kokoh.
“Jadi saya mau bilang, selama herd immunity belum tercapai, selama vaksin roll out belum bisa mencapai 70-80 persen, maka ada risiko pemulihan ekonomi itu bentuknya W,” ujar Chatib.
Bila pemulihan ekonomi berpola W, maka mau tak mau pemerintah harus kembali mengandalkan APBN sebagai tameng dari dampak pandemi. Karena itu, pemerintah mesti bisa menuntaskan target vaskinasi paling lambat pada triwulan I-2022. Target herd immunity yang tercapai dapat menjadi modal besar untuk mencapai target-target lain yang telah ditetapkan dalam APBN 2022.
(ZBP)