BIMATA.ID. MAKASSAR – Memaknai hari Sumpah Pemuda, 89 wilayah yang tersebar di seluruh Indonesia melakukan kolaborasi Aksi Muda Jaga Iklim. Termasuk di Kota Makassar yang merupakan titik utama mewakili Indonesia bagian tengah.
Aksi yang dilakukan oleh kurang lebih 7.500 peserta di seluruh Indonesia merupakan aksi keresahan publik terutama anak muda terhadap krisis iklim yang saat ini mulai terlihat di Indonesia dan dunia.
Aksi Muda Jaga Iklim yang diinisiasi Yayasan EcoNusa bersama kolaborasi puluhan Lembaga dan Komunitas yang tergabung dalam Penjaga Laut Makassar bertajuk Jang Moeda Jang Beraksi Jaga Iklim dilakukan pada Kamis (28/10/2021) di Kawasan Wisata Mangrove Lantebung Kota Makassar.
Suhu udara yang makin panas, musim hujan dan kemarau yang tidak menentu serta cuaca ekstrem seperti badai yang belum pernah terjadi sebelumnya sudah melanda Indonesia. Tanda-tanda krisis iklim yang sudah terlihat nyata inilah yang memicu anak muda Indonesia mulai sadar dan bersuara akan pentingnya menjaga bumi dari ancaman krisis iklim.
CEO Yayasan EcoNusam Bustar Maitar menyampaikan peringatan Sumpah Pemuda menjadi momen penting bagi seluruh kaum muda di Indonesia untuk bergerak bersama demi mempertahankan kelestarian laut dan hutan yang tersisa khususnya di timur Indonesia.
”Dengan kolaborasi #AksiMudaJagaIklim ini, Yayasan EcoNusa berharap semakin banyak anak muda yang berani beraksi dan bersuara untuk menyadarkan mengenai krisis iklim yang kita hadapi,” ujarnya.
Di Kawasan Wisata Mangrove Lantebung sekitar 150 pemuda dan pemudi Kota Makassar dari 40 lebih komunitas dan secara bersama-sama menanam 2800 bibit mangrove.
“Selain menanam mangrove, para peserta turut menyampaikan Sumpah Pemuda Jaga Iklim dan ikut dalam lomba menggambar dengan tema aku dan mangrove kategori anak-anak dan umum,” ujar Koordinator Kegiatan Aksi Muda Jaga Iklim Kota Makassar, Adi Zulkarnaen.
Kata Zul sapaan akrab Adi Zulkarnaen, kegiatan ini merupakan upaya penyadartahuan dan ajakan kepada masyarakat dan pemuda untuk menjadi bagian dalam menjaga iklim serta mendukung memperluas Ruang Terbuka Hijau (RTH) Kota Makassar.
“Perlu aksi nyata dalam mengurangi tekanan terhadap lingkungan pesisir dan laut serta upaya mencegah krisis iklim,” tegas Zul.
Direktur Eksekutif Yayasan Konservasi Laut (YKL) Indonesia, Nirwan Dessibali menjelaskan ekosistem mangrove memiliki peranan penting dalam menjaga iklim dimana dapat menekan laju peningkatan konsentrasi gas rumah kaca khususnya kemampuan menyerap karbon dan menyimpan karbon dalam tanah. Mangrove dapat untuk mitigasi dan adaptasi atas resiko bencana karena perubahan iklim.
Selain itu mangrove memiliki manfaat sebagai sumber penghidupan masyarakat pesisir, habitat satwa. tempat pemijahan dan pembesaran alami biota perikanan, pelindung pantai, peredam angin dan ombak, suplai dan regenerasi nutrisi perairan, menjaga siklus dan kualitas air, penghasil hasil hutan kayu dan non kayu, tempat kebudayaan-spiritual dan ekowisata
“Dibalik peranan pentingnya untuk menjaga iklim dan manfaat lainnya, saat ini luasan mangrove semakin terdegradasi khususnya di Kota Makassar. Dalam kurun waktu 20 tahun terakhir menghilang lebih 80% mangrove di Kota Makassar. Bahkan di daerah pesisir selatan mangrove telah hilang,” jelas Nirwan.
Untuk itu perlu peran berbagai pihak khususnya anak muda untuk terlibat dalam pelestarian ekosistem mangrove di Indonesia khususnya di Kota Makassar.
“Anak muda harus mengambil bagian. Mari terlibat untuk memperluas luasan mangrove Kota Makassar yang saat ini hanya tersisa 56,6 Ha. Mangrove di pesisir utara Makassar khususnya di Lantebung adalah mangrove terakhir yang tersisa di Kota Daeng,” ajak Nirwan.
Bryan Auriol, Koordinator #AksiMudaJagaIklim mengatakan bahwa momen Sumpah Pemuda merupakan momen yang tepat bagi anak muda Indonesia berkomitmen untuk terus menjaga bumi dari krisi iklim. “#AksiMudaJagaIklim mudah-mudahan bisa memicu semangat anak muda Indonesia untuk beraksi menjaga lingkungan,” tuturnya.
Dalam #AksiMudaJagaIklim berbagai rangkaian kegiatan dilakukan serentak di seluruh Indonesia tersebut mulai dari aksi tanam pohon, tanam mangrove, bersih pantai, penanaman kerang hijau, pemutaran film pendek, dan lainnya.
#AksiMudaJagaIklim mengajak anak muda Indonesia memaknai Sumpah Pemuda dengan aksi nyata untuk lingkungan, dengan harapan aksi ini terus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari sehingga membawa dampak perubahan baik untuk lingkungan dan juga untuk iklim global.
Titik utama Makassar di Kawasan Wisata Mangrove Lantebung mewakili Indonesia bagian tengah dihadiri dari Kepala Seksi Kerusakan Lingkungan Dinas Pengelolaan Lingkungan Hidup Sulawesi Selatan, Pemerintah Kota Makassar, komunitas, lembaga, media dan pihak lainnya.
Khusus untuk di Kota Makassar yang bertindak sebagai co-Organize adalah, YKL Indonesia, Lembaga Maritim Nusantara (LEMSA), Zero Waste Makassar, World Cleanup Day (WCD) Sulsel, dan Ikatan Keluarga Lantebung (IKAL).
Sementara kolaborator dengan komunitas/lembaga yakni Marine Science Diving Club (MSDC) UNHAS, Mapala Massenrempulu, Greenfluencer Indonesia, ARI Sulsel, Pepelingasih Sulsel, Pejalan Makassar, Mangrove brotherhood celebes, SETAPAK 22, PERMAKRIS IK-UH, WALHI Sulsel, IMM FUFP UINAM, Ikasa Makassar, Misi Kemanusiaan DJW, Nypah Indonesia, LA Team, Kophi Sulsel, Klikhijau, Pikom IMM, Anak-Anak Peduli, LEMA FPIK UMI, HMTL STTNI Makassar, Arsitektur Sipil Pemerhati Lingkungan Hidup.
Inkubator bisnis Mekartani Unhas, Yayasan Negeri hijau, HmI Kom. Ilmu dan Teknologi Unhas, Jeda Iklim Makassar, Green youth movement, KEMA JIK FIKP-UH, KPG Sulsel, Dzul Jalali Walikram, Jekomala, Green Makers Makassar, Mapaska, Sekolah Sampah Bosowa, Komunitas Pendaki Gunung, FDC-UNHAS, Sipakatau Sipakalebbi, Lembaga Adventure, Robinson Journey dan lainnya.
(****)