BIMATA.ID, Indramayu- Upaya Pemerintah Kabupaten Indramayu untuk meningkatkan produksi padi terus dilakukan, salah satunya dengan memanfaatkan teknologi berupa drone untuk menyemprotkan pestisida.
Camat Krangkeng, Ali Alamudin bersama Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) menilai, penggunaan drone itu sangat tepat untuk menyemprot sawah yang terserang hama. Dia menyatakan, penggunaan drone lebih menghemat waktu sehingga bisa mengurangi beban petani.
“Waktu penyemprotan bisa lebih cepat dan lebih merata,” kata Ali.
Ali menjelaskan, jika menyemprot dengan cara manual, maka dibutuhkan waktu satu hari. Sedangkan dengan menggunakan drone, hanya butuh waktu 20 menit untuk melakukan penyemprotan di lahan seluas satu hektare.
Namun, penggunaan drone tersebut bukan bermaksud untuk menghilangkan tenaga buruh tani. Menurutnya, penggunaan drone bisa menjadi antisipasi saat petani kesulitan mencari buruh tani.
Ali mengatakan, areal sawah di wilayahnya itu merupakan tadah hujan. Karenanya, kekeringan di musim kemarau kerap terjadi sehingga membuat pertanian di wilayah itu tidak semaju wilayah-wilayah lainnya di Kabupaten Indramayu.
Ali berharap dengan menggunakan inovasi di bidang teknologi itu, pertanian di wilayahnya bisa lebih berkembang. Apalagi, upaya untuk mengairi persawahan juga telah dilakukan sebelumnya.
Bussiness Development PT Malindo, Puguh Wahyudi menerangkan, penggunaan drone untuk melakukan penyemprotan tanaman padi memiliki banyak keuntungan. Salah satunya, ketepatan dosis pestisida yang akan disemprotkan maupun volume spray-nya.
“Untuk penyemprotan lahan seluas satu hektare, hanya butuh waktu 20 menit atau dua kali drone terbang,” kata Puguh.
Puguh menjelaskan, untuk menggunakan jasa drone tersebut, petani tinggal membuka aplikasi drone spray pada handphone. Sedangkan jasa untuk penggunaan drone itu mencapai Rp 250 ribu per hektare.
(Bagus)