BIMATA.ID, Jakarta- Kementerian Pertahanann (Kemenhan) Republik Indonesia berkesempatan mengirimkan 3 taruna akademi militer ke akademi militer Amerika Serikat (AS) dengan beasiswa dari pemerintah AS. Beasiswa ini menjadi yang pertama kali dalam sejarah diplomasi pertahanan Indonesia dan AS.
Ketersediaan beasiswa tersebut berawal dari pertemuan antara Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto dan Menhan AS, Mark T. Esper, pada Oktober 2020, yang kemudian dilanjutkan dengan kesepakatan antara Prabowo dengan Pelaksana Menhan AS, Christopher C. Miller, di Kementerian Pertahanan (Kemhan).
Menhan Prabowo meminta agar ada taruna dari RI yang mendapatkan beasiswa penuh dari AS untuk belajar di West Point (akademi AD), USNA (akademi AL), dan USAFa (akademi AU), yang kemudian disetujui oleh AS.
“Pemerintah Indonesia berkeinginan untuk melaksanakan kerja sama industri pertahanan serta kerja sama di bidang pendidikan dan pelatihan dengan mengirim taruna-taruna Akademi Militer untuk belajar di Akademi Militer AS,” kata Prabowo.
Ketiga taruna akmil tersebut adalah Kopral Taruna Marinir Febriata Suryana, Kopral Taruna Marinir Juandito Cahyo Nugroho dari TNI AL dan Kopral Tri Bawono Nugroho asal TNI AU. Mereka dinyatakan masuk ke United States Naval Academy (USNA), Maryland dan US Air Force Academy, Colorado, selama empat tahun ke depan.
Indonesia juga akan mengirim taruna akmil untuk belajar di Australia dengan beasiswa di Royal Military College, Canberra. Kesepakatan ini juga menjadi yang pertama kali dalam sejarah kerja sama pertahanan Indonesia dan Australia.
Pengamat hubungan internasional, Ian Montratama menyambut baik kerja sama di bidang militer ini. Ian menilai, pengiriman tiga taruna akmil ke AS itu menjadi tanda keintiman kedua negara. Terlebih, sebelumnya Prabowo pernah menjalankan program serupa saat masih aktif di militer.
“Saat Pak Prabowo masih aktif di militer, program pertukaran siswa militer juga telah dilakukan ke AS dan Jepang,” kata Ian..
Ian sangat mendukung langkah Kemhan ini, Ia berharap program dapat berjalan berkesinambungan harena hal itu akan berdampak positif terhadap pembinaan personil.
“Tentunya terkait teori dan konsep militer yang modern, akademi militer di negara maju pastinya selalu dikembangkan sesuai dengan dinamika peran militer mereka dalam keamanan regional dan global. Penting bagi para taruna kita untuk mengalami proses pembelajaran di akmil negara maju,” tutur Ian.
Ian juga menyarankan agar kebijakan pertukaran taruna dimasukkan dalam kurikulum di akademi, serta dijadikan kegiatan tahunan. Sehingga, terdapat bobot SKS dan sasaran outcome yang dapat diukur berdasarkan prestasi.
Sebelum berangkat ke AS, 3 taruna tersebut diharuskan mengikuti sejumlah seleksi tes bahasa Inggris, kesehatan, psikologi, dan Scholastic Assessment Test (AST).
Kopral Taruna Marinir Febriata Suryana berharap agar kesempatan belajar tersebut dapat memperkuat relasi antara Indonesia dan AS.
“Membuat hubungan antara Indonesia dan Amerika menjadi lebih baik dan saya juga ingin meng-improve skill saya, kemampuan saya di segi militer,” katanya dalam video yang diunggah akun Instagram @usembassyjkt.
(ZBP)