BIMATA.ID, Jakarta- Nigeria menarik pulang duta besarnya untuk Indonesia, Usman Ogah, setelah salah satu diplomatnya menjadi korban kekerasan diduga berlatar rasis oleh oknum pegawai Kantor Imigrasi Jakarta Selatan.
Menyadur Ripples Nigeria, Rabu (11/8/2021), Usman Ogah dipulangkan pemerintah Nigeria setelah video penganiayaan tersebut beredar di media sosial.
Media itu menyebutkan, pemulangan duta besar Usman Ogah itu dilakukan sebagai bentuk protes atas penganiayaan rasis Indonesia.
Ripples Nigeria juga menyebutkan penarikan dubes tersebut menunjukkan hubungan diplomatik kedua negara semakin memburuk.
Sahara Reporters mewartakan, keputusan tersebut disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Geoffrey Onyeama, Selasa (9/8/2021), dalam konferensi pers di Abuja.
Menlu Geoffrey melansir keputusan tersebut setelah mendapat laporan komprehensif Dubes Usman terkait penganiayaan diplomat.
Duta Besar Indonesia di Nigeria disebutkan telah meminta maaf atas penganiayaan tersebut. Namun, pemerintah federal tetap bereaksi keras terhadap serangan terhadap diplomat yang diidentifiksai sebagai Ibrahim.
Menlu Geoffrey Onyeama mengatakan, Dubes Nigeria untuk Indonesia akan ditarik pulang guna konsultasi lebih lanjut di tingkat tertinggi. Dia mengatakan juga akan meninjau hubungan diplomatik Nigeria dan Indonesia.
Dia mengatakan, Nigeria telah menuntut sanksi berat terhadap pejabat imigrasi Indonesia yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.
“Tidak ada pembenaran atas perlakuan terhadap seorang diplomat dan bahkan terhadap warga negara Nigeria. Kami mengambil langkah kuat untuk membela kepentingan Nigeria di mana pun,” katanya.
Kementerian Luar Negeri menyatakan, penangkapan, apalagi penganiayaan pejabat diplomatik bertentangan dengan hukum internasional dan Konvensi Wina yang mengatur hubungan diplomatik dan Konsuler antar negara.
Pemerintah Nigeria mengatakan telah mengirim surat kepada pemerintah Indonesia atas perlakuan buruk yang dilakukan kepada diplomatnya.
Insiden penganiayaan seorang diplomat Nigeria tersebut sempat viral di media sosial.
Kepala Kantor Imigrasi Jakarta Selatan Mujiono mengakui adanya dugaan penganiayaan yang dilakukan oknum pegawai Kantor Imigrasi Kelas I Non TPI Kota Jaksel itu.
Mujiono mengatakan, penganiayaan itu terjadi pada Sabtu (8/8/2021). Ia juga menjelaskan bahwa kasusnya kini sudah diambil alih.
“Sudah diambil alih oleh Dirjen Imigrasi,” kata Mujiono dikutip dari Antara, Selasa (10/8/2021).
Mujiono tak merinci lebih jauh identitas pelaku dan korban penganiayaan tersebut guna melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Kepala Bidang Teknologi, Informasi dan Komunikasi Kantor Imigrasi Kelas I Non TPI Jakarta Selatan Muhamad Reza menuturkan, saat ini terduga pelaku sedang menjalani pemeriksaan di Ditjen Keimigrasiaan Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia.
“Betul, Sabtu kemarin kejadiannya, hanya saja kami mengikuti arahan pimpinan. Karena sampai saat ini petugas yang diduga pelaku sedang dimintai keterangan oleh Dirjen Keiimigrasian Pusat,” kata Reza.
Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Jakarta Ibnu Chuldun mengklarifikasi tuduhan kekerasan yang dilakukan petugas Kantor Imigrasi Kelas I Khusus Jakarta Selatan terhadap seorang diplomat Nigeria.
“Justru WNA asal Nigeria itu yang melakukan pemukulan terhadap petugas kami saat dalam perjalanan ke kantor imigrasi,” kata dia melalui keterangan tertulis, hari ini.
Diplomat Nigeria, kata Ibnu Chuldun, dibawa ke kantor karena bersikap tidak kooperatif dengan menghardik petugas yang melakukan pemeriksaan dokumen dan menantang untuk ditahan.
Akibat pemukulan tersebut, katanya, salah seorang petugas mengalami luka bengkak dan berdarah pada bagian bibir sebelah kiri. Hal itu bisa dibuktikan dari hasil visum yang dilakukan petugas imigrasi.
Setelah proses mediasi dan mendengarkan kronologis kejadian dari kedua belah pihak, akhirnya petugas dan WNA tersebut sepakat menyelesaikan secara kekeluargaan. Kedua pihak mengakui telah terjadi kesalahpahaman dan sepakat berdamai.