BIMATA.ID, Kalimantan Selatan – Denny Indrayana menulis surat terbuka setelah dinyatakan kalah dalam Pemilihan Gubernur Kalimantan Selatan 2020. Pria yang akrab disapa Haji Denny itu dikalahkan oleh pasangan Sahbirin-Muhidin.
Berikut Surat Terbuka dari Haji Denny:
Surat Terbuka Haji Denny
Alhamdulillah, Perjuangan Tauhid Kita Tidak Terbeli
Assalamu’alaikumn Wr. Wb.
“Tidak bisa manusia menjadi utama yang sesungguh-sungguhnya, tidak bisa manusia menjadi besar dan mulia dalam arti kata yang sebenarnya, tidak bisa ia menjadi berani dalam keberanian yang suci dan utama, kalau ada banyak barang yang ditakuti dan disembahnya. Keutamaan, kebesaran, kemuliaan dan keberanian yang sedemikian itu, hanyalah bisa tercapai karena Tauhid sadja, tegasnya menetapkan lahir batin tidak ada sembahan melainkan Allah sadja…” (“HOS Tjokroaminoto, Hidup dan Perjuangan”, 1952, Penerbit Bulan Bintang).
Proses pemilihan gubernur Kalimantan Selatan 2020 sudah selesai dengan putusan Mahkamah Konstitusi hari jumat 30 Juli 2021. Putusan MK tersebut, meskipun tidak kami setujui, tetap harus dihormati sebagai putusan yang terakhir dan mengikat (final and binding decision). Untuk itu, ujung perjuangan kami sudah sampai, dan saatnya untuk melakukan refleksi dan kontemplasi.
Kepada seluruh pihak yang berproses bersama dalam Pilgub Kalsel ini, khususnya Paslon Nomor 1 Bapak Sahbirin dan Muhidin, jajaran KPU Kalsel dan RI, Bawaslu Kalsel dan RI, serta seluruh pihak yang terlibat termasuk aparat TNI dan Polri, izinkan kami meminta maaf atas segala salah dan khilaf. Tidak ada niat sedikitpun untuk melukai perasaan siapapun. Semua yang kami lakukan dan ucapkan murni didasarkan pada fakta dan keinginan tulus untuk menghadirkan informasi terbaik kepada pemilih, dengan tetap didasari cara berpolitik yang sehat dan terhormat.
Kepada pasangan calon gubernur dan wakil gubernur Bapak Sahbirin dan Muhidin, yang sebentar lagi akan ditetapkan KPU Kalsel, kami menghaturkan doa terbaik kepada Allah SWT agar dapat menjalankan amanah berat yang disematkan ke pundak Bapak berdua. Karena bagaimanapun, pikiran dan tindakan bapak-bapak akan menentukan baik-buruknya nasib Banua dan rakyat Kalimantan Selatan tiga tahun ke depan.
Pada kesempatan ini, izinkan saya menyampaikan pesan dan renungan yang lebih luas, tidak lagi semata soal Pilgub Kalsel 2020 yang telah selesai. Karena bagaimanapun, dalam proses panjang hampir dua tahun ini, tentu sangat banyak pelajaran yang dapat kita petik bersama dan ambil hikmahnya, khususnya bagi perbaikan kehidupan berpolitik dan bermasyarakat di Bumi Lambung Masyarakat, dan bahkan Indonesia. Refleksi ini sama sekali bukan untuk mengkritik siapa-siapa, tetapi lebih kepada pembelajaran kita bersama dan otokritik kepada diri kita sendiri, utamanya saya pribadi yang pasti tidak sempurna, banyak kesalahan dan kekurangan, serta kekhilafan.
Duitokrasi telah membunuh demokrasi kita. Itu judul presentasi saya di Melbourne Law School, Australia, “Duitokrasi Kills Indonesian democracy”. Itulah tantangan keadaban kita sekarang, dan masih perlu nafas panjang entah sampai kapan. Pemilu bukanlah bagaimana kandidat menyampaikan program yang meyejahterakan, tetapi berganti dengan transaksi jual-beli suara. Akhirnya muncul pernyataan, “Lebih baik menang curang, daripada kalah terhormat”. Ironis! Menyedihkan! Politik uang dilakukan dengan riang-gembira, tanpa kaku, tanpa malu. Antisuap fasih dilafadzkan dalam majelis pengajian, sekaligus secara suka-cita, dan terang-benderang dipraktikkan dengan berbagai dalih pembenaran. Tanpa takut dosa, seolah tidak beragama. Pemilu sebagai pesta rakyat, berubah menjadi pesta koruptor. Daulat rakyat (demokrasi), dikalahkan oleh daulat uang (duitokrasi).
Namun, alhamdulillah, kita di Banua bisa menunjukkan kepada Indonesia, bahkan dunia, politik Pemilihan Gubernur 2020 bisa dijalankan dengan penuh etika. Tanpa jual-beli suara, kada bedustaan, kada bededuitan. Politik adiluhung itu yang kita gelorakan. Tidak boleh menang dengan cara-cara curang, apalagi dengan menghamba pada uang. Prestasi itu adalah hasil dukungan pian-pian seberataan yang luar biasa. Capaian kita membanggakan! Di survei awal Desember 2019, yang memilih ulun (elektabilitas) hanya 3%, yang kenal ulun (popularitas) di bawah 10%. Di penghujung pilgub kalsel tahun 2021, kenaikan elektabilitas ulun sekitar 1700% dengan popularitas meningkat lebih 900%. Itu semua kita capai bersama tanpa menjual diri, tanpa menggadaikan integritas. Itu semua bukan karena kita menabur duit, tetapi karena kerja keras penuh keikhlasan, karena gawi sebumi beimbaian. Capaian tersebut sebenarnya juga adalah refleksi aspirasi perubahan yang coba nyaring diteriakkan oleh sebagian besar masyarakat Kalsel. Ada keinginan kuat untuk memperjuangkan Kalsel yang lebih adil dan sejahtera.
Bagi kita semua tidak boleh ada kemenangan yang diperoleh dengan kecurangan. Karena menang memang adalah harapan, tapi itu sama sekali bukan tujuan. Tujuan kita adalah menegakkan prinsip pemilu yang penuh dengan Kejujuran dan Keadilan (honest and fair election). Mengapa demikian? Karena fakta membuktikan bahwa kecurangan pemilu, termasuk politik uang, akan menghadirkan lingkaran setan kemunkaran. Suap-menyuap dalam pemilu, atau jual beli mahar partai dan suara rakyat akan menjadi korupsi pemilu yang pada akhirnya melahirkan pemerintahan yang tidak amanah. Singkatnya, korupsi pemilu akan melahirkan korupsi pemerintahan. Begitu terus saling berpilin-berkelindan, dan akhirnya menjadi jebakan kemunkaran yang membawa bencana politik dan sosial dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Korupsi pemilu karenanya, harus dilawan dan dihilangkan, sebab hanya akan mengundang kemudharatan dan kemelaratan.
Ujung Pilgub Kalsel 2020 memang sudah berakhir, tetapi perjuangan kita akan politik yang lebih bersih dan amanah tidak akan pernah berhenti, bahkan harus makin nyaring kita gelorakan. Kepada seluruh jajaran relawan, partai politik dan elemen masyarakat, wabil khusus tokoh agama, para Guru, Habaib, dan tokoh masyarakat, kita semua punya tanggung jawab moral untuk membersihkan dunia politik kita dari kemunkaran dan kedzaliman, dimana uang disembah dan dipertuhankan. Semoga kita terus diberikan kekuatan, kesehatan, dan semangat juang yang tidak kunjung padam.
Dalam pertarungan politik yang demikian berat dan penuh godaan, takut bukanlah pilihan dan keberanian adalah keniscayaan. Karena ketakutan akan makin membuat kita tertindas dan dinistakan. Apalagi sebagaimana kutipan Cokroaminoto di awal surat terbuka ini, ketakutan selain kepada Allah SWT, apapun bentuknya, adalah bentuk pelanggaran serius atas prinsip tauhid yang menjadi pilar utama dalam kehidupan beragama kita.
Akhirnya, sekali lagi ulun mengucapkan maaf dan terima kasih kepada seluruh elemen yang telah banyak berkorban dan membantu perjuangan ulun selama kurang lebih dua tahun ini. Tetes peluh dan airmata kita, insya allah akan menjadi pahala yang dikenang dan dicatat sebagai perjuangan indah untuk Banua kita tercinta yang tidak boleh terus dijajah dan dijarah oleh nafsu keserakahan dan kedzaliman. Sejarah mencatat kita telah berjuang sampai ujung perjalanan di Mahkamah Konstitusi, tanpa menjual prinsip ketauhidan kita, tanpa kompromi, tanpa negosiasi, tanpa transaksi. Amanah suara pian-pian kepada kami, sudah kami perjuangkan hingga titik peluh penghabisan, dan ditutup dengan penuh kebanggaan.
Karena itu, dangsanak Kalsel seberataan, ke depan kita akan terus berjuang tanpa henti bagi Kalimantan Selatan yang lebih adil dan sejahtera. Ulun insya allah akan terus hadir dan berjuang beimbaian lawan pian semuaan, sampai akhir hayat di kandung badan. Kisah Pilgub Kalsel 2020 memang telah usai, sudah selesai. Kita sudah menutupnya dengan cerita indah, dengan catatan terhormat, dengan kepala tegak penuh hikmat kebijaksanaan. Yang pasti, tidak akan pernah ada kekalahan dalam perjuangan melawan kebatilan. Karena, sebagaimana disampaikan Imam Ahmad bin Hambal, “Kemenangan adalah saat kita tetap dalam kebenaran”.
Wallahu’alam bissowab.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salam hormat,
Prof. H. Denny Indrayana, S.H., LL.M., Ph.D.
Perjuangan Haji Denny cukup panjang selama menjalani tahapan Pilgub Kalsel 2020.
Eks Wamenkumham era SBY itu berpasangan dengan Difriadi Darjat di Pilgub Kalsel. Mereka diusung Gerindra, Demokrat dan PPP.
Dalam pemilihan pada 9 Desember 2020, hasilnya, pasangan calon gubernur dan wakil gubernur nomor urut 1, Sahbirin Noor-Muhidin unggul 8.127 suara dari pasangan nomor urut 2, Denny Indrayana-Difriadi Derajat.
Haji Denny kemudian menggugat hasil itu ke Mahkamah Konstitusi. Setelah melalui persidangan, MK memutus mengabulkan sebagian gugatan Haji Denny dan memerintahkan pemungutan suara ulang.
Setelah itu, KPU menggelar PSU di Pilgub Kalsel pada 9 Juni 2021. Hasilnya, Haji Denny kembali kalah dari Sahbirin-Muhidin. Berdasarkan hasil akhir Sirekap (100 persen), Sahbirin-Noor unggul dengan 51,17 persen atau meraih 871.068 suara. Sedangkan H2D hanya 48,83 persen atau meraih 83.145 suara.
Haji Denny bersama tim hukum kemudian memutuskan kembali menggugat ke MK. Mereka menilai PSU Pilgub Kalsel penuh dengan kecurangan dan politik uang. Haji Denny kali ini, meminta MK mendiskualifikasi Sahbirin-Noor.
Namun, kali ini MK memutuskan tidak dapat menerima gugatan Haji Denny. MK kemudian memerintahkan KPU untuk melantik Sahbirin-Muhidin sebagai pemenang Pilgub Kalsel.