Opini

Gercep Relawan Ganjar dan Hati Masyarakat Jateng Yang ‘Mungkin’ Tersakiti

Pemerhati Demokrasi : Ti Kama

BIMATA.ID, Opini — Belum lama ini salah satu lembaga survei telah merilis hasil survei para tokoh politik yang “siap” bertempur di perhelatan Pilpres 2024 akan datang. Tiga di antaranya bercokol nama Prabowo Subianto, Ganjar Pranowo, dan Anies Baswedan yang menempati posisi tiga besar berdasarkan sosio demografi wilayah di Indonesia. 

Menariknya, hasil survei ini dijadikan landasan pergerakan oleh salah satu tokoh politik. Sebut saja relawan Ganjar Pranowo yang langsung “gercep”dalam aksi-aksi kemanusiaan. Alih-alih berbuat untuk mengangkat elektabilitasnya di khalayak publik. Itu tidak salah dan wajar saja jika dilakukan oleh kelompok Ganjar. 

Namun yang akan menjadi pertanyaan di kemudian hari adalah bagaimana tanggapan Ganjar terkait gerakan-gerakan para relawannya? Sementara dua nama pesaingnya pada hasil survei yang sama hanya adem ayem. 

Saya yakin, Jawaban ganjar nanti akan sangat diplomatis. Hehe. Seandainya saya sebagai Ganjar, maka jawaban imajiner saya adalah “ Itu bukan saya yang menggerakan. Itu adalah kehendak rakyat yang mau berbuat, tapi tetap saya yang memberikan kontribusi di sana”. 

Sesekali saya akan tersenyum di hadapan wartawan yang mewawancarai saya. Sembari berharap pada survei mendatang nama saya akan melejit ke peringkat pertama hasil survei. 

Semoga jawaban imajiner itu tidak benar-benar nyata sebagai jawaban Ganjar ketika ditanya oleh wartawan terkait gercep para relawannya. 

Kembali pada kenyataan. 

Indonesia saat ini masih belum lepas dari kondisi pandemi yang belum berujung. Masyarakat masih terbatas gerak sosialnya. Lebih-lebih para pekerja kasar yang kalau memilih berdiam diri dalam rumah pun tak bisa makan. 

Namun gerakan politik makin liar dan masif di mana-mana. Jelas-jelas inilah keadaan negara kita yang terbalik dengan kondisi sebenarnya. Ketika masyrakat banyak yang di PHK, pengangguran di mana-mana, ketimpangan sosial, kesejahteraan buruh dan pekerja masih sebatas harapan palsu. 

Sebaliknya para elit politik malah makin gemar dan gencarnya melakukan manuver-manuver pencitraan di tengah badai pandemi dan krisis sosio-ekonomi saat ini. 

Banyak sekali baliho-baliho yang bertengger di sudut-sudut trotoar dengan narasi “Siap Bertarung di Pilpres 2024, Untuk Indonesia 2024, Kepakkan Sayap-Sayap Kebhinekaan” giliran mural yang menggambarkan kondisi masyarakat sebenarnya dihapus dan para senimannya dituduh kriminal! Bukankah begitu?

Kembali pada Ganjar dan Gercep Relawannya.

Saya tidak sedang menuding Ganjar dan Relawannya salah sasaran dalam melakukan aksi sosialnya. Tidak sama sekali. Itu benar dan wajar jika dilakukan atas nama kemanusiaan. Namun tidaklah menutup kemungkinan gerakan itu dilakukan berdasar intrik politik di pasaran. Dengan kata lain, Ganjar dan kelompoknya sedang mengerjakan apa-apa saja yang kurang dalam hasil survei kemarin. 

Dan jikalau boleh dibenarkan, Ganjar sangat berambisi merebut kursi RI 1 di tahun 2024 mendatang. 

Pada akhirnya saya kembali menyarankan kepada Ganjar dan Kelompoknya agar kembali fokus pada wilayah yang saat ini roda kepemimpinannya dikendalikan oleh Ganjar. Di Jawa Tengah tingkat kemiskinan di beberapa daerah masih di bawah rata-rata pertumbuhan ekonomi. Sebagai catatan adalah Kabupaten Brebes yang menempati posisi pertama sebagai daerah “termiskin” di Jawa tengah. 

Pada tahun 2020 Badan Pusat Statistik Jawa Tengah berhasil merilis data kemiskinan di wilayah Jawa Tengah, khususnya Kabupaten Brebes yang angka pertumbuhan kemiskinan mengalami peningkatan dari tahun 2019 berada di angka 16,22%, pada tahun 2020 menjadi 17,03%. 

Jika dikategorikan dalam total jumlah penduduk miskin yang ada di Kabupaten Brebes, saat ini total jumlah penduduk miskin masih berkisar pada angka 308 ribu jiwa. Secara keseluruhan jumlah penduduk memang hanya 30% yang dikategorikan sebagai penduduk miskin. 

Belum lagi krisis pandemi covid-19 yang mengantarkan Jawa Tengah berada di posisi ketiga sebagai daerah yang rentan penyebaran virus corona belum maksimal dalam pengendaliannya. Maka sungguh terlalu jika Ganjar dan para relawan memaksakan diri melakukan hal-hal yang hanya sekedar pencitraan politiknya saja. 

Lantas dengan begitu apakah tidak akan menyakiti hati masyarakat Jateng jika mereka tahu Gercep yang dilakukan Ganjar dan Kelompoknya di Jakarta saban lalu itu? 

Sekian.

Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close