Fosil 400 Juta Tahun Ini Ungkap Akar Tanaman Pertama di Bumi
BIMATA.ID, Jakarta- Penelitian yang dilakukan tim internasional mengungkapkan bahwa fosil tanaman berusia 400 juta tahun yang ditemukan di Skotlandia, dapat menjelaskan bagaimana akar tanaman pertama muncul di awal Bumi.
Evolusi akar tanaman pertama sangat penting karena berdampak pada Bumi dan atmosfer, menghasilkan ekologi dan iklim yang transformatif.
Dalam studi tersebut, para ahli salah satunya tim dari Universitas Oxford, mengembangkan rekonstruksi 3D tanaman Asteroxylon mackiei dari era Devonian, sekitar 400 juta tahun lalu, berdasarkan bukti fosil yang ditemukan.
Fosil yang diawetkan dalam sejenis batu api di dekat Aberdeenshire, Skotlandia, mewakili tanaman purba yang paling kompleks secara struktural dari daerah tersebut.
Rekonstruksi mengungkapkan kumpulan dari tiga jenis sumbu percabangan tanaman yang berbeda, yaitu sumbu pucuk daun, sumbu bantalan akar, dan sumbu akar.
Dari rekonstruksi 3D, para ilmuwan mempelajari sifat anatomi dan perkembangan fosil misterius ini.
Tim menemukan bahwa akar berkembang dengan cara yang berbeda pada tumbuhan ini dibandingkan dengan tumbuhan modern.
“Ini adalah struktur tertua yang diketahui yang menyerupai akar modern dan sekarang kita tahu bagaimana itu terbentuk,” kata Liam Dolan, penulis utama dari Gregor Mendel Institute.
Menurutnya, itu berkembang ketika sumbu seperti pucuk membentuk garpu, di mana satu cabang bertahan sebagai pucuk dan kedua cabang mengembangkan akar.
Dolan menambahkan, tidak ada akar yang berkembang dengan cara seperti itu pada tanaman hidup, menunjukkan bahwa mekanisme pembentukan akar ini sekarang sudah punah.
Memahami struktur dan evolusi Asteroxylon mackiei dapat memberikan wawasan tentang peristiwa pada waktu penting dalam sejarah Bumi setelah tanaman muncul di permukaan dan mulai menyebar ke seluruh daratan.
“Evolusi, radiasi, dan penyebaran tanaman di semua benua memiliki dampak signifikan pada sistem Bumi,” ucap Alexander J Hetherington, rekan penulis studi dari University of Edinburgh.
Dia menambahkan, akar tanaman mengurangi tingkat karbon dioksida di atmosfer, menstabilkan tanah, dan merevolusi sirkulasi air di seluruh permukaan benua.