BIMATA.ID, Jakarta–Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Yusuf Rendy mengatakan memperkirakan subsidi energi di akhir tahun 2021 akan berpeluang melebar dari yang ditargetkan pemerintah yang saat ini yang mencapai Rp 175 triliun.
Yusuf memperkirakan pergerakan harga minyak sampai akhir tahun juga akan bergerak di kisaran 60 US$/barel sampai 70 US$/ barel. Adapun untuk Indonesian crude price (ICP) diproyeksikan akan bergerak di kisaran 60 US$/barel.
“Atas dampak tersebut saya prakirakan, anggaran subsidi akan melebar di kisaran Rp 10 triliun sampai dengan Rp 40 triliun. Sehingga sampai dengan akhir tahun ini total anggaran subsidi energi akan berpotensi melebar hingga Rp 185 sampai Rp 215 triliun,” kaya Yusuf.
Yusuf mengatakan, jika belajar dari pengalaman sebelumnya memang ada peluang kenaikan subsidi, dengan kenaikan harga minyak yang saat ini sedang terjadi. Kondisi serupa pernah terjadi pada 2018. Saat itu terjadi asumsi harga minyak yang ditetapkan pemerintah diawal mencapai 48 US$/barel, namun dalam perkembangannya ternyata harga minyak mengalami peningkatan di kisaran 67 US$ /barel.
“Akhirnya anggaran subsidi yang tadinya dianggarkan mencapai Rp 156 triliun malah melebar menjadi Rp 216 triliun. Belajar dari pengalaman tahun 2018,” pungkasnya.
(ZBP)