BIMATA.ID, Jakarta – Partai Persatuan Pembangunan (PPP) bertekad kembali menempatkan kadernya sebagai Wakil Presiden (Wapres) Republik Indonesia (RI), seperti Hamzah Haz 20 tahun silam.
Pengamat politik Indonesia Political Review, Ujang Komarudin menilai, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan PPP untuk bisa mencapai target tersebut. Pertama, PPP harus punya tokoh yang hebat atau memiliki elektabilitas tinggi sebagai Calon Wakil Presiden (Cawapres).
Kedua, bargaining position atau posisi tawar dalam koalisi partai-partai juga harus tinggi.
“Jika bargaining-nya rendah, partai-partai lain pun malas menjadikan kader PPP sebagai Cawapres,” ucapnya, Senin (26/07/2021).
Hal itu disampaikan Ujang untuk menanggapi pernyataan politikus PPP, Syaifullah Tamliha, yang mengatakan partainya akan merebut kembali posisi RI 2 di era Hamzah Haz 20 tahun silam.
Diketahui, Hamzah Haz terpilih menjadi Wapres kesembilan pada 26 Juli 2001. Dia yang menjadi Ketua umum PPP saat itu terpilih sebagai Wapres setelah unggul dari Akbar Tandjung di putaran ketiga pemilihan di Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI.
“Bisa-bisa saja. Namun itu sangat berat. Karena bargaining position PPP saat ini kecil, karena PPP mendapat suara buncit partai yang lolos ke Senayan,” terangnya.
Namun, Ujang mengungkapkan, apa yang dikatakan Syaifullah tersebut sah-sah saja.
“Mungkin untuk mengajak dan menyemangati semua kader PPP agar mati-matian berjuang untuk merebut simpati rakyat,” ungkapnya.
[MBN]