BeritaEkonomiPertanianRegional

Petani Tembakau: Harga Berubah-ubah Seperti Cuaca

BIMATA.ID, Jakarta- Pandemi Covid-19 memberikan dampak yang sangat besar bagi perekonomian Indonesia, membuat perekonomian lesu, dan harga komoditas turun.

Malangnya, belum ada data yang menunjukkan penurunan kasus Covid-19. Alhasil, kita tak tahu pandemi ini kapan berakhir.

Pandemi Covid-19 juga sangat berdampak bagi petani tembakau, seperti yang dialami oleh Rukman (43) seorang petani tembakau di desa Pasigaran, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Sumedang.

Di musim pandemi Covid-19, petani tembakau mengalami penurunan penghasilan. Pasalnya cuaca yang tidak menentu membuat tembakau lama dijual dan daya beli di masa pandemi Covid-19 yang berubah-ubah.

Rukman menuturkan, harga tembakau fluktuatif. Biasanya tembakau yang memiliki nilai jual Rp70 ribu hingga Rp80 ribu kini hanya dijual sebesar Rp60 ribu per kilogram.

“Musim corona gini nggak tentu, dari segi harga tergantung permintaan tengkulak dan dari segi cuaca kadang hujan terus jadi prosesnya tambah lama. Harga jual yang naik turun yang dan proses yang memakan waktu lama membuat tanaman ini berbeda dengan sayuran. Untuk saat ini penawaran di harga Rp60 ribu per kilogram, tentunya ini pukulan untuk petani seperti bapak di masa pandemi Covid-19,” ujar Rukman.

Tantangan lainnya dalam menanam tembakau, menurut Rukman, adalah proses pemupukan dan penyiraman tanaman tembakau yang membutuhkan biaya cukup mahal.

“Selain proses yang lama membutuhkan waktu 6 bulan hingga 7 bulan untuk bisa panen, sekali panen bisa 100 sampai 150 sasak atau 100 sampai 150 lembar tembakau dari 1000 batang tanaman tembakau. Ini juga hasil panen bulan Desember 2020. Proses menyiram dan harga pupuk yang membutuhkan biaya cukup mahal, karena bapak nggak ada irigasi jadi air disedot harga nyedot nya Rp 70 ribu sekali nyiram,” ujar Rukman.

Dalam satu tahun, Rukman bisa menghasilkan 150 hingga 200 lembar tembakau. Ia menginginkan adanya kelompok tani bersama sehingga tengkulak dan petani bisa maju bersama-sama.

“Setahun bisa menghasilkan 150 sampai 200 lembar tembakau, kedepannya ingin ada kelompok tani tembakau soalnya bapak belum masuk kelompok tani. Kalau masuk kelompok tani bisa lebih mudah dapat informasi mengenai pupuk dan bantuan pemerintah juga bisa masuk jadi petani nggak ditekan terus harganya sama tengkulak. Seharusnya petani dan tengkulak bisa maju bersama-sama,” ujar Rukman.

Rukman berharap pandemi cepat selesai dan daya beli tembakau naik sehingga harga tembakau kembali normal seperti biasanya.

“Semoga pandemi cepat selesai terus daya beli tembakau naik lagi jadi harga – harga tembakau normal kaya biasanya aja,” ujar Rukman.

 

(Bagus)

Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close