BIMATA.ID, Jakarta — Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo mengungkapkan dalam webinar bertajuk Optimalisasi Industri Pertahanan Dalam Konteks Kepentingan Nasional RI di Abad 21 yang selenggarakan pada Jumat (09/07/2021), lebih jauh menjelaskan pembelian alutsista membutuhkan waktu yang cukup lama.
Menurut Prabowo, jika saat ini pemerintah memiliki uang dan memutuskan untuk beli alutsista tertentu, maka alutsista tersebut pun tak bisa langsung datang.
“Misal saya ingin beli pesawat tempur canggih jenis sebut apa, F15 dari Amerika, Sukhoi Su-35 atau Su-57 dari Rusia, Rafale dari Prancis, kita punya uang, kita beli hari ini tanda tangan kontrak, ya datangnya 6 tahun lagi,” ujar Prabowo, Sabtu (10/07/2021).
Sebagai pemangku kepentingan dan kebijakan di bidang pertahanan, Menhan mengharapkan agar Indonesia tidak di invasi atau terkena ancaman oleh karenanya kebijakan rencana pertahanan mesti dibuat sematang mungkin.
“Kita tidak bisa menyusun kebijakan berdasar harapan. Kita juga tidak bisa menyusun rencana berdasar doa. Doa perlu, tetapi rencana tidak bisa didasarkan atas doa dan harapan,” ungkapnya.
Ketua umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Gerindra itu pun mengatakan, meskipun perang bukan sesuatu yang baik namun dalam sejarah manusia menyebut bahwa bangsa yang ingin damai dan merdeka adalah mereka yang siap menghadapi peperangan.
“Jika menghendaki damai kita harus siap perang, kalau terjadi perang kita tidak bisa buru-buru ke supermarket untuk beli alat perang. Tidak ada alat perang yang kita bisa beli langsung, tidak ada,” Jelasnya.
Informasi sebelumnya, Menhan Prabowo sudah menyusun kebutuhan anggaran Alat Peralatan Pertahanan dan Keamanan (Alpalhankam) Kementerian Pertahanan dan Tentara Nasional Indonesia Tahun 2020-2024 untuk jangka waktu 5 Renstra atau 25 tahun yang mencapai USD124 miliar atau setara dengan Rp1.773 triliun dengan pinjaman dari luar negeri.
[oz]