BIMATA.ID, Jakarta – Jorginho membantu Italia mengalahkan Inggris di final yang dihelat di Stadion Wembley, Senin (12/7) dini hari WIB. Pada laga itu, ia bermain cukup baik di lini tengah, tetapi gagal sebagai eksekutor penalti kelima Gli Azzurri karena sepakannya ditangkis Jordan Pickford.
Namun, pemilik nama lahir Jorge Luis Frello Filho tetap merasakan juara Euro 2020; menyusul kegagalan penendang kelima Inggris, Bukayo Saka, menjaringkan bola ke gawang. Italia juara, Jorginho girang.
Jorginho secara keseluruhan tampil impresif di Euro 2020. Opta mencatat, ia menciptakan rekor intersep terbanyak di sebuah turnamen Piala Eropa (25), lebih banyak daripada legenda sepak bola Prancis, Marcel Desailly, di Euro 1996.
Itu menandai kesuksesan kedua Jorginho di sepanjang musim panas 2021 usai sebelumnya membawa Chelsea menjuarai Liga Champions. The Blues memenangi titel keduanya dengan kemenangan 1-0 atas Manchester City di Dragao, Porto, Portugal, pada Mei lalu.
Saat ini Jorginho sedang menjalani musim yang tak terlupakan dengan berhasil memenangi Euro 2020. Namun siapa sangka, ia memiliki kisah sedih di masa lalu.
Jorginho mengaku pernah ditolak oleh tiga klub saat menjalani trial di Brasil. Alasan mantan pemain Napoli itu ditolak adalah karena dianggap terlalu kecil oleh ketiga klub tersebut.
“Ketiga klub mengatakan saya tidak akan pernah cukup baik karena saya terlalu kecil.” sambungnya.
Setelah mengalami penolakan, Jorginho masih belum menyerah dan memutuskan untuk mendaftar ke akademi sepak bola yang berjarak 200 kilometer dari rumahnya.
“Saya kemudian pergi ke akademi sepak bola yang berjarak 200 kilometer dari rumah saya. Pada musim dingin saya mandi air dingin karena tidak ada air panas,” tutur Jorginho menambahkan.
Jorginho bahkan sempat berpikir untuk berhenti mengejar cita-citanya sebagai pesepak bola profesional. Pemikiran itu ada saat dirinya pertama kali datang dari Brasil ke Italia.
Gelandang kelahiran Imbituba, Brasil, itu mulai pindah ke Italia pada usia 15 tahun. Seorang agen membawanya ke Italia, untuk tes di Hellas Verona di kelompok junior.
Setelah mengalami berbagai cobaan dan rintangan, Jorginho pun berhasil menjadi pemain yang hebat. Penampilannya yang apik di Hellas Verona membuat Napoli kepincut untuk membawanya ke Naples.
Di mantan klub Diego Maradona itulah, Jorginho bertemu dengan Maurizio Sarri, pelatih yang membesarkan namanya. Sarri pula yang membawa pemain berpostur 180 sentimeter untuk bergabung bersama Chelsea.
Adapun, Jorginho menjadi pemain ke-10 yang berhasil memenangi Liga Champions dan Euro dalam tahun yang sama. Dia merupakan pemain Chelsea ketiga yang mencapainya setelah Fernando Torres dan Juan Mata ketika The Blues menjadi kampiun Liga Champions 2011/12 dan Spanyol menduduki takhta Euro 2012.
Berkat performa apiknya sepanjang musim ini, Jorginho pun disebut-sebut menjadi kandidat kuat sebagai peraih Ballon d’Or atau pemain terbaik di dunia. Ia bakal bersaing dengan bintang Argentina, Lionel Messi.
YA