BIMATA.ID, Jakarta- Indonesia dianugerahi “harta karun” di sektor komoditas tambang, yakni nikel. Tak tanggung-tanggung, Indonesia menduduki peringkat pertama di dunia untuk besaran jumlah sumber daya nikel. Indonesia disebut memiliki sumber daya nikel sebesar 23,7% dari total sumber daya nikel dunia. Menyusul Indonesia yaitu Australia dengan persentase 21,5%, lalu Brazil 12,4%, Rusia 8,6%, dan lainnya.
Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Asosiasi Penambang Nikel Indonesia (APNI) Meidy Katrin Lengkey. Dia juga mengatakan, Indonesia memproduksi bijih nikel tahunan terbesar di dunia.
“Bangsa ini dikenal memiliki volume cadangan nikel terbesar di dunia, 23,7% dari dunia,” ungkapnya dalam diskusi ‘Battery Electric Vehicles Outlook‘, Kamis (06/05/2021).
Lebih lanjut dia mengatakan, Indonesia memiliki dua daerah endapan nikel primer, terletak di Pulau Sulawesi dan Halmahera. Namun, sebelum adanya kebijakan larangan ekspor bijih nikel pada tahun lalu, sebagian besar bijih mentah nikel diekspor untuk peleburan di luar negeri.
“Seperti banyak bijih mineral lainnya di Indonesia, sebagian besar bijih mentah nikel secara tradisional diekspor untuk peleburan ke luar negeri,” tuturnya.
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menyebutkan bahwa cadangan nikel yang dimiliki Indonesia mencapai 21 juta ton. Indonesia menduduki peringkat pertama soal cadangan nikel, mengalahkan Australia di peringkat kedua dengan total cadangan 20 juta ton.
Lalu, disusul Brazil dengan cadangan sebesar 16 juta ton dan posisi keempat adalah Rusia dengan cadangan nikel sebesar 7 juta ton.
Hal tersebut diungkapkan Luhut dalam Forum dengan Tema “Prospek Industri Minerba 2021”, Rabu (24/03/2021). Dia mengatakan bahwa data tersebut merupakan data antar negara di tahun 2019.
“Ini cadangan menurut negara di 2019. Ini akan membawa Indonesia ke era industrialisasi,” kata Luhut, Rabu (24/03/2021).
Lebih lanjut dia mengatakan, melalui industrialisasi ini Indonesia akan bergerak ke arah energi baru terbarukan (EBT). Apalagi, Indonesia punya potensi besar dalam mengembangkan baterai lithium.
“Betul-betul dengan industrialisasi, energi baru terbarukan kita punya potensi,” tegas Luhut.
(Bagus)