BIMATA.ID, Cilegon – Kepolisian Sektor (Polsek) Ciwandan mengamankan sebanyak 10 remaja yang terlibat dalam aksi perang sarung di Waduk Krenceng, Citangkil, Cilegon yang viral di media sosial (medsos) pada Kamis (16/04/2021) pagi kemarin.
Melalui keterangan tertulis, Kepala Polsek (Kapolsek) Ciwandan, AKP Ali Rahman mengatakan, perang sarung itu melibatkan oknum remaja Krenceng, Samarang Raya, dan Ramanuju.
“Mayoritas usia remaja masih di bawah umur. Ada yang berusia 14 dan 15 tahun. Ada juga yang usia 18 dan 19 tahun,” katanya, Jumat (16/04/2021).
Kapolsek menjelaskan, pada Selasa (13/04/2021) sekitar pukul 06.00 WIB di area Waduk Krenceng (area usaha PT Krakatau Tirta Industri), telah terjadi perang sarung yang dilakukan tiga kelompok, yakni warga Krenceng atas nama F, mengajak R, yang selanjutnya mengundang melalui grup WhatsApp ‘Perang Sarung’.
“Kemudian kelompok dari anak-anak Ramanuju saudara I mengajak teman-temannya masing-masing berjumlah 6-8 orang. Jadi modus operandinya melalui undangan WhatsApp grup, bertemu dan melaksanakan aksi perang sarung di Waduk Krenceng,” imbuhnya.
“Kemudian sekitar pukul 05.30 WIB mereka bertemu, kemudian melakukan aksi perang sarung dengan alat yang digunakan, yaitu sarung yang diikat di ujungnya, kemudian antar kelompok saling serang mengunakan sarung tersebut,” tambahnya.
Sebagai upaya yang dilaksanakan Polsek Ciwandan dan di back up Satreskrim Polres Cilegon, lanjut Ali, pihaknya melakukan identifikasi pelaku yang terlihat di video tersebut. Akhirnya, aparat berhasil mengamankan 10 orang dan kemudian dipanggil orang tuanya.
“Kita laksanakan pembinaan, kemudian kita panggil juga RT/RW di lingkungan masing-masing, untuk selanjutnya kita berikan pemahaman. Memang kegiatan ini tidak patut dilakukan, karena saat ini masih dalam pandemi Covid-19, tidak boleh adanya kerumunan yang tidak ada gunanya,” pungkasnya.
Mengingat pelaku masih dibawah umur, Kapolsek menyebut, pihaknya akan melakukan pembinaan kepada para pelaku. Ia pun mengimbau, agar masyarakat mengisi Ramadan ini dengan kegiatan-kegiatan amal, bukan kegiatan yang melibatkan kerumunan.
“Kita juga berikan pengertian kepada orang tuanya, setelah ini kita kembalikan untuk kita monitor terus. Harapan kita, ke depan tidak ada lagi aksi-aksi jalanan seperti ini, yang kita khawatirkan kejadian ini meluas, sehingga nanti menyebabkan korban jiwa. Biasanya di beberapa daerah di ujung sarung itu diikat gear motor dan juga batu, sehingga membahyakan,” ujarnya.
[MBN]