BIMATA.ID, Jakarta- Daftar orang terkaya Indonesia versi Forbes 2021 menunjukkan bahwa kekayaan taipan kaya raya ini ada yang turun dan naik. Kekayaan taipan Hartono bersaudara misalnya, turun sebesar 0,09 persen dalam setahun.
Sebaliknya, kekayaan orang kaya lainnya seperti Prajogo Pangestu dan Chairul Tanjung malah naik dengan masing-masing sebesar 0,80 persen dan 0,48 persen. Sementara taipan Eddy Kusnadi Sariaatmadja juga naik 4,82 persen.
Namun kenaikan ini tak berarti apa-apa, karena daftar peringkat 10 besar taipan ini masih relatif sama atau tak berubah drastis ketimbang posisi setahun sebelumnya.
1. R. Budi Hartono dan Michael Hartono (kekayaan USD36,3 miliar)
Hartono bersaudara mendapatkan sebagian besar kekayaan mereka dari investasi mereka di Bank Central Asia (BCA). Keluarga Hartono membeli saham BCA, setelah keluarga Salim kehilangan kendali atas bank tersebut selama krisis ekonomi Asia 1997-1998.
Keluarga itu menjadi kaya raya dalam bisnis tembakau dan masih menjadi salah satu pembuat rokok kretek terbesar dengan merek Djarum. Bersama saudara laki-lakinya, ia juga memiliki Polytron, real estat di Jakarta, dan saham di startup game Razer.
2. Sri Prakash Lohia (kekayaan USD6,5 miliar)
Sri Prakash Lohia memiliki perusahaan untuk memproduksi PET dan petrokimia. Pada 1970-an ia dan ayahnya pindah dari India ke Indonesia kemudian mendirikan Indorama Corporation sebagai pembuat benang pintal.
Sekarang perusahaan itu menjadi pembangkit tenaga listrik petrokimia, membuat produk industri termasuk pupuk poliolefin, bahan baku tekstil, dan sarung tangan medis. Lohia tetap menjadi ketua tetapi tinggal di London. Putranya Amit adalah wakil ketua.
Adik laki-lakinya Aloke Lohia, juga seorang miliarder, tinggal di Thailand dan menjalankan pembuat polimer PET Indorama Ventures Public Co.
3. Prajogo Pangestu (kekayaan USD6,4 miliar)
Putra seorang pedagang karet, Prajogo Pangestu memulai bisnisnya di bidang perkayuan pada akhir 1970-an. Perusahaannya Barito Pacific Timber go public pada 1993 dan berganti nama menjadi Barito Pacific setelah mengurangi bisnis kayunya pada 2007.
Pada 2007 Barito Pacific mengakuisisi 70 persen perusahaan petrokimia Chandra Asri, yang juga diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Pada 2011 Chandra Asri bergabung dengan Tri Polyta Indonesia dan menjadi produsen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia.
4. Chairul Tanjung (kekayaan USD4,3 miliar)
Founder CT Corp Chairul Tanjung merupakan pebisnis dalam berbagai bidang dari perbankan, hypermarket, serta menjalankan stasiun TV.
Trans Retail miliknya memiliki toko grosir dengan merek Carrefour dan Transmart. Grupnya juga mengontrol franchise Wendy’s di Indonesia dan memiliki franchise Versace, Mango, dan Jimmy Choo. Dia memiliki saham di maskapai nasional Indonesia Garuda.
5. Eddy Kusnadi Sariaatmadja (kekayaan USD3,4 miliar)
Eddy Kusnadi Sariaatmadja mendirikan Emtek pada 1983 sebagai distributor komputer Compaq eksklusif di Indonesia. Dia memiliki saham mayoritas. Emtek saat ini menguasai tiga saluran TV Indonesia, SCTV, Indosiar, dan O Channel.
Putranya Alvin Sariaatmadja adalah presiden direktur Emtek, yang biasa dipanggil Elang Mahkota Teknologi. Emtek telah bekerja sama dengan Alibabas untuk dompet digital Dana.
6. Tahir & family (kekayaan USD3,3 miliar)
Tahir adalah pendiri grup Mayapada, merupakan konglomerat dengan minat di bidang perbankan, perawatan kesehatan, dan real estat. Keluarga tersebut memiliki saham di Bank Mayapada dan Maha Properti Indonesia, perusahaan properti yang terdaftar pada 2018.
Dia juga memiliki properti di Singapura, termasuk melalui perusahaan properti terdaftar MYP. Dia adalah salah satu pemilik lisensi yang menerbitkan Forbes Indonesia. Istrinya Rosy adalah putri taipan Indonesia Mochtar Riady.
7. Martua Sitorus (kekayaan USD2 miliar)
Martua Sitorus mendirikan Wilmar dengan Kuok Khoon Hong, sekarang juga seorang miliarder, pada 1991. Sitorus turun dari dewan direksi Wilmar, yang sekarang menjadi pedagang minyak sawit terbesar di dunia, pada Juli 2018.
Dia dan saudaranya memiliki perusahaan perkebunan Gama Corp. Bekerja sama dengan grup Ciputra, Gama Land sedang membangun proyek di Jakarta yang akan memiliki 15 menara apartemen dan satu kompleks perbelanjaan. Saudara-saudaranya juga memiliki investasi bersama di semen dan properti.
8. Theodore Rachmat (kekayaan USD1,8 miliar)
Theodore Rachmat, yang akrab disapa Teddy, mendirikan grup Triputra pada 1998. Dia sekarang memiliki empat lini bisnis, termasuk agribisnis, manufaktur, dan pertambangan. Rachmat memiliki saham minoritas di perusahaan batu bara Adaro Energy, dan dia menjabat sebagai Wakil Presiden Komisaris perusahaan.
Ia memulai karirrnya di grup otomotif Astra International yang didirikan oleh pamannya William Soeryadjaya, pada 1968. Ia akhirnya menjadi CEO.
Putranya, Ariano, adalah Wakil Presiden Direktur dan Wakil CEO Adaro Energy. Putranya Arif Patrick, yang bekerja untuk GE selama tujuh tahun, adalah salah satu pendiri dan ketua raksasa minyak sawit Triputra Agro Persada.
9. Djoko Susanto (kekayaan USD1,7 miliar)
Djoko Susanto adalah pendiri Alfamart yang memiliki lebih dari 16 ribu gerai di seluruh Indonesia. Divisi propertinya Alfaland mengoperasikan Omega Hotel Management di seluruh Indonesia. Anak keenam dari 10 bersaudara ini mulai mengelola warung sederhana orangtuanya di dalam pasar tradisional di Jakarta pada usia 17 tahun.
Dia kemudian bermitra dengan taipan rokok kretek Putera Sampoerna untuk membuka kios serupa dan kemudian jaringan supermarket. Ketika Putera menjual bisnis rokoknya kepada Philip Morris pada 2005, Susanto membeli bisnis retail dan mengembangkannya menjadi jaringan Alfamart.
10. Mochtar Riady & family (kekayaan USD1,7 miliar)
Mochtar Riady adalah pendiri grup Lippo yang terdiversifikasi, yang sekarang dijalankan oleh anaknya yakni James dan Stephen Riady.
Lahir di Jawa Timur, Riady membuka toko sepeda pada usia 22 tahun dan membangun karier perbankan yang sukses hingga krisis keuangan Asia 1997. Saat ini, bisnis grup Lippo meliputi real estate, ritel, perawatan kesehatan, media, dan pendidikan.
Putra Mochtar Riady, Stephen, menjalankan perusahaan properti Singapura OUE, yang pada Juli 2020 setuju untuk menjual Menara Bank AS yang ikonik di pusat kota Los Angeles. Sementara itu John Riady, MBA dari Wharton, adalah CEO Lippo Karawaci.
(Bagus)