Bimata

Gelar Pameran, Kelompok Seni MEN Ajak Seniman Tetap Berkarya di Tengah Pandemi

BIMATA.ID, Jakarta – Sekelompok seniman asal Tangerang Selatan berkolaborasi dan gelar pameran lukisan bertajuk “Anti-Non” di Balai Budaya Jakarta, Menteng, Jakarta Pusat. Pameran lukisan ini digelar selama 9 hari, dari 21-29 April 2021, pukul 10.00 – 21.00 WIB. Pameran resmi dibuka kemarin siang dihadiri oleh seniman senior, Jaja Miharja, sementara Fajar Sidiq dipercaya sebagai kurator dalam pameran tersebut.

Jaja Miharja saat menerima cendera mata dari sanggar MEN (Foto: Dokumen istimewa)Sanggar MEN yang terdiri dari 3 pelukis asal Tangsel ini memilik banyak corak dan gaya lukisan yang diekspresikan. Nurdin Yusup, salah satu pelukis abstrak mengatakan bahwa tema “Anti-Non” sengaja diangkat dengan makna melawan dan tidak setuju dengan pemikiran dan perbuatan “yang tidak melakukan apa-apa”

“Meski dalam keterbatasan pandemi COVID-19, seniman dituntut untuk tetap berpikir kreatif dan survive dari keadaan. Bebaskan diri dari belenggu yang mengikat, merdeka dalam berekspresi dan berkarya” ungkapnya

Menurut Nurdin, kolaborasi dalam pameran ini sangat unik, karena sedikit banya mewakilkan jenis lukisan yang diminati oleh para kolektor. Nurdin yang sudah bertahun-tahun menekuni aliran abstrak ingin menyampaikan pesan spiritual dari setiap lukisannya.

“Lukisan abstrak ini merupakan media spiritual, cara saya berkomunikasi dengan alam sekitar, cara saya mengekspresikan diri. Tanpa bentuk yang sempurna, namun memilik rasa. Merupakan ekspresi personal imajinasi yang diwakilkan oleh guratan-guratan dan  perpaduan warna,” jelasnya

Nurdin Yusup di depan karyanya “Menatap Ilusi Dunia” (Foto: Facebook Nurdin Yusup)

 

Sementara Yoga Bege, dengan aliran realis fotografinya ingin menyampaikan pesan satire terhadap fenomena sosial budaya yang saat ini sedang terjadi di tengah masyarakat.

Karya pelukis Yoga Bege dengan tema “Save Our Soul”

 

Pelukis lain yang memiliki aliran yang sama dengan Yoga adalah Seno Purwanto Aji. Seno juga ingin menyampaikan pesan satire namun dengan persepsi yang berbeda dengan Yoga. Seno banyak “meminjam” gesture tubuh manusia dalam setiap karyanya. Dia menganggap bahwa, setiap jengkal tubuh manusia dapat menyampaikan pesan yang dalam kepada khalayak.

Beberapa karya Seno Purwanto yang dipamerkan di Balai Budaya, Menteng (Foto: Dokumen istimewa)

 

Dalam kesempatan pagelaran seni ini, sanggar MEN berpesan kepada seluruh komunitas seni di seluruh Indonesia untuk tetap eksis di masa pandemi.

“Kami ingin mengembalikan kekuatan komunitas dan jejaring seniman untuk tetap eksis di masa pandemi. Tetaplah berkarya karena itu adalah kekuatan kita. Jangan pantang menyerah dengan keadaan,” ungkap Nurdin.

IBN

Exit mobile version