BeritaEkonomiEnergiNasional

Indonesia Punya Harta Karun Energi Terbesar ke-2 Dunia

BIMATA.ID, Jakarta- Indonesia ternyata memiliki sumber ‘harta karun’ energi besar dan melimpah, bahkan menjadi terbesar kedua di dunia. Sumber ‘harta karun’ energi yang dimaksud ini yaitu panas bumi (geothermal). Sumber daya panas bumi RI merupakan terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat.

Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Satya Widya Yudha mengatakan, 40% cadangan panas bumi dunia ada di Indonesia. Berada di kawasan cincin api atau “ring of fire”, membuat Indonesia dianugerahkan potensi panas bumi yang besar ini.

Dengan cadangan sebesar ini, maka diharapkan cadangan ini bisa dioptimalkan untuk Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di Tanah Air.

“Indonesia itu second largest (terbesar kedua) setelah AS dari sisi cadangan geothermal. Dulu kalah dengan Filipina, sekarang lebih tinggi sedikit. Kita harap dengan cadangan besar, bisa dibilang 40% cadangan geothermal ada di Indonesia, kita harap geothermal tumbuh,” paparnya.

Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, per Desember 2020 sumber daya panas bumi Indonesia mencapai sebesar 23.965,5 mega watt (MW) atau sekitar 24 giga watt (GW).

Namun sayangnya, besarnya cadangan panas bumi ini belum dimanfaatkan secara optimal. Hal ini bisa dilihat dari kapasitas terpasang PLTP di Indonesia. Hingga 2020, kapasitas terpasang PLTP Indonesia baru mencapai 2.130,7 MW. Artinya, pemanfaatannya baru 8,9% dari sumber daya yang ada.

Pada 2020 tidak ada penambahan kapasitas PLTP, artinya kapasitas PLTP terpasang tahun 2020 sama dengan kapasitas terpasang tahun 2019. Pada 2019 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat total kapasitas terpasang pembangkit listrik nasional sebesar 69,6 giga watt (GW).

Dengan kapasitas PLTP baru 2,1 GW, artinya Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi hanya menyumbang 3,01% dari kapasitas pembangkit listrik nasional.

Sementara itu total kapasitas pembangkit energi baru terbarukan (EBT) sampai 2020 sebesar 10.467 MW atau 10,4 GW. Jika total kapasitas PLTP hanya 2,1 GW, artinya dalam bauran EBT, sektor panas bumi menyumbang 20,1% pembangkit EBT.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, Amerika Serikat menduduki posisi pertama untuk sumber daya panas bumi terbesar, yakni mencapai 30.000 MW, lalu disusul Indonesia 23.965,5 MW, kemudian Jepang 23.400 MW, Kenya 15.000 MW, dan di posisi kelima yaitu Islandia 5.800 MW. Adapun total sumber daya panas bumi dari 10 pemilik cadangan panas bumi terbesar di dunia mencapai 118.185,5 MW.

Sementara dari sisi pemanfaatan panas bumi menjadi sumber listrik, posisi pertama tetap diduduki oleh Amerika Serikat dengan kapasitas terpasang PLTP 3.676 MW, lalu Indonesia di posisi kedua dengan kapasitas 2.130,7 MW, lalu Filipina 1.918 MW, Turki 1.526 MW, dan di posisi kelima yaitu Selandia Baru sebesar 1.005 MW. Adapun kapasitas terpasang PLTP di 10 negara terbesar yaitu 15.345,7 MW.

Kepala Subdit Penyiapan Program Panas Bumi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM, Havidh Nazif mengatakan, dampak pandemi membuat pihaknya melakukan evaluasi mengenai kebutuhan penambahan kapasitas PLTP.

“Indonesia punya sumber daya ini dan bisa kembangkan industri terkait di daerah tersebut supaya berikan dampak ke perekonomian lokal yang lebih baik,” tuturnya.

Upaya pengembangan panas bumi menurutnya juga dalam rangka menekan emisi gas rumah kaca. Indonesia akan berkontribusi dalam menekan emisi gas rumah kaca secara global.

“Pemerintah komitmen dan pucuk pimpinan pemerintah juga komitmen kita akan kontribusi penurunan emisi gas rumah kaca secara global, capai penurunan suhu yang sudah disepakati,” jelasnya.

 

(Bagus)

Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close