BIMATA.ID, Jakarta- Dalam memenuhi kebutuhan energi, Indonesia masih bergantung pada impor, misalnya saja bahan bakar minyak (BBM). Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Indonesia mengimpor bensin 381 ribu barel setara minyak per hari (boepd) pada 2020 lalu.
Namun di sisi lain, dunia kini beramai-ramai melakukan proses transisi menuju energi bersih, bebas dari energi fosil.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa menyebut perlu digali kembali kenapa Indonesia siap dan tidak siap meninggalkan energi fosil.
Menurutnya, beralih meninggalkan energi fosil, bukan berarti saat ini negara ini sudah kehabisan energi fosil. Melainkan, karena saat ini dunia tengah menghadapi krisis iklim global.
“Jawabannya bukan karena kehabisan energi fosil, tapi kita hadapi satu kondisi masalah global yakni krisis iklim dunia, didorong dengan menurunkan gas rumah kaca besar-besaran,” paparnya.
Lebih lanjut dia mengatakan, saat ini semua negara sedang didorong untuk menurunkan emisi gas rumah kaca secara besar-besaran. Kenaikan temperatur global dibatasi di bawah 2 derajat dan emisi nol persen pada pertengahan abad atau 2050 mendatang.
Dia mengakui, ini merupakan tantangan besar karena 70% emisi gas rumah kaca berasal dari pembakaran bahan bakar fosil. Untuk bisa mencapai target sesuai dengan Perjanjian Paris, maka menurutnya yang harus dilakukan yaitu menurunkan konsumsi bahan bakar fosil.
“Siapkah Indonesia tanpa energi fosil? Ini perlu dijawab dan saya dapat banyak pertanyaan ini. Pertanyaan ini harus digali lebih dalam,” ungkapnya.
Seperti diketahui, pemerintah punya target bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025 mendatang. Namun capaiannya sampai dengan 2020 baru sebesar 11,5%.
Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan pemerintah akan mengejar target EBT sebesar 23% pada 2025 melalui tiga jalur, yakni listrik, pemanfaatan bahan bakar berbasis non energi fosil atau biofuel, dan pemanfaatan langsung energi baru terbarukan.
“Tidak hanya listrik, target EBT akan dicapai melalui biofuel dan pemanfaatan langsung. Jadi, target EBT dari tiga jalur, pertama listrik, kedua biofuel, dan ketiga pemanfaatan langsung EBT,” jelasnya.
(Bagus)