BIMATA.ID, Jakarta – Direktur Eksekutif Nurjaman Center Indonesia Demokrasi (NCID), Jajat Nurjaman menuturkan, drama kudeta Partai Demokrat yang sempat ramai jadi perbincangan gagal memberikan rasa empati Presiden Republik Indonesia (RI), Joko Widodo (Jokowi).
Pasalnya, surat protes yang dikirim Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) atas dugaan keterlibatan lingkaran istana ke Presiden Jokowi tidak mendapatkan tanggapan.
“Terlepas dari posisi Moeldoko yang hingga saat ini tidak tergoyahkan dari kejadian tersebut, justru yang menarik adalah posisi Demokrat sebagai partai politik yang bisa dikatakan tidak dianggap. Meskipun sangat wajar mengingat tidak ada bargaining yang bisa ditawarkan Demokrat kepada Pemerintah. selain itu, sebagai oposisi pun Demokrat terlihat tidak memberikan dampak berarti dalam memerankan perannya,” tuturnya, dalam keterangan tertulis, Senin (08/02/2021).
Selain itu, Jajat menilai, drama kudeta tersebut merupakan sebuah kegagalan Partai Demokrat dalam menentukan langkah politiknya. Sebab, sejak awal Partai Demokrat tidak berani menentukan sikap tegas dalam memainkan peran politik (oposisi atau koalisi Pemerintah).
Justru, peran Partai Demokrat saat ini terlihat berada di tengah-tengah (antara oposisi atau koalisi Pemerintah), sehingga tidak menjadi hitungan bagi Presiden Jokowi dan partai koalisi Pemerintah.
“Sebagai eks penguasa dua periode, seharusnya Demokrat bisa lebih paham dalam menentukan sikap politik. Terbukti, apa yang terjadi di waktu ke belakang telah berdampak pada posisinya saat ini. Saya kira dibanding terus memainkan isu kudeta, lebih tepat jika Demokrat mulai menjadi oposisi yang tegas dalam menentukan sikap politiknya,” ucapnya.
[MBN]