BIMATA.ID, Jakarta- Pemerintah Indonesia tengah concern mencapai target tahun 2025 terkait bauran energi dari renewable energy yang rendah emisi dan ramah lingkungan. Tidak hanya itu, penggunaan Energi Baru Terbarukan (EBT) diharapkan juga mampu menurunkan ketergantungan terhadap bahan bakar fosil sehingga dapat mencapai ketahanan dan kemandirian energi nasional.
Terkait hal ini, pemerintah terus fokus untuk mengembangkan sumber alternatif energi terbarukan berbasis sumber daya lokal yang melimpah seperti energi berbasis minyak sawit (biofuel). Mengutip laman Palm Oil Indonesia, potensi energi yang terkandung dalam kelapa sawit tidak terbatas pada pemanfaatan minyaknya sebagai biofuel generasi pertama (biodiesel, green diesel, green gasoline, dan green avtur).
Pengolahan biomassa yang dihasilkan perkebunan sawit juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber biofuel generasi kedua. Biomassa sawit seperti tandan kosong, pelepah sawit, serat dan batang, serta cangkang sawit ini dinilai lebih berkelanjutan dan dapat meminimalisasi trade off fuel-food karena dapat dimanfaatkan untuk menjadi briket arang, bio batu bara/bio-pelet, hingga bahan bakar Pembangkit Listrik Tenaga Biomassa (PLTBM).
Tidak hanya itu, limbah cair dari pengolahan sawit yaitu Palm Oil Mill Effluent (POME) juga dapat dimanfaatkan sebagai sumber alternatif energi berupa biogas/biolistrik dan biodiesel algae. Selain itu, minyak jelantah yang merupakan limbah produk sawit juga menyimpan potensi energi yang dapat dijadikan sebagai feedstock untuk biodiesel dan substitusi diesel fosil pada Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
“Pembangkit Listrik dapat menggunakan biofuel sawit seperti green diesel, bio batu bara, energi biomassa, dan minyak jelantah. Tidak hanya itu, kebutuhan listrik juga dapat terpenuhi dari kebun sawit dan PKS dengan POME-nya yang langsung dapat mengaliri listrik,” seperti dilansir dari laman Palm Oil Indonesia.
(Bagus)