Bimata

Kades Cibulan Sulap Lahan Kritis, Jadi Lahan Kedelai

BIMATA.ID, Jakarta- Lahan bekas tambang galian C di Cibulan, Kabupaten Kuningan, Kecamatan Cidahu, Jawa Barat, kini hijau lagi. Iwan Gunawan bersama warga desa menyulapnya jadi lahan kedelai.

Sebagai negeri penggemar tempe, Indonesia masih menggantungkan kebutuhan kedelai dari luar negeri. Iwan Gunawan melihat peluang budidaya kedelai di desanya, Cibulan, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Ia ubah lahan bekas tambang pasir menjadi lahan kedelai. Berbagai tantangan ia hadapi, termasuk ancaman pembunuhan.

Siang itu, Iwan baru saja mengirim tempe ke sebuah rumah sakit di pusat kota Kuningan, sekitar 25 kilometer dari desanya di Kecamatan Cidahu. Tempe itu diproduksi kelompok wanita tani di Cibulan dan kedelainya ditanam warga desa yang sama.

“Karena kami tanam kedelai semi organik, rumah sakit minta sampel tempenya. Orang sakit kan butuh makanan yang sehat-sehat. Kalau jadi, RS minta 100 potong tempe (ukuran 250 gram) per hari,” katanya diiringi senyum. Sebanyak 10 potong tempe juga ia kirim ke sebuah rumah makan.

Pekan lalu, Iwan bahkan diundang Kementerian Pertanian untuk menandatangani nota kesepahaman bersama Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia. Salah satu isinya, produsen siap menyerap kedelai petani Cibulan.

Ia diminta memasok sekitar 30 ton kedelai tahun ini. Meskipun volumenya terbilang kecil, upayanya itu diharapkan menekan kenaikan harga kedelai di dalam negeri yang kerap tersandera pasar global.

Uniknya, kedelai Cibulan tidak tumbuh di tanah subur, tetapi bekas galian C atau pasir. Sebelum 2018, Cibulan memang dikenal sebagai sentra galian C selama 18 tahun. Dari luas desa 687 hektar, 513 hektar di antaranya pernah jadi area tambang. Warga pun bergantung hidup dari usaha tambang.

 

(Bagus)

Exit mobile version