Bisnis

Harga Emas Bakal Kembali Cetak Rekor Tertinggi, Ini Penyebabnya

BIMATA.ID, Jakarta- Direktur PT TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan pelantikan Joe Biden sebagai Presiden AS pada 20 Januari 2021 akan mendorong kenaikan harga emas. Harga emas diprediksi akan mencapai level tertingginya pada kuartal I 2021, yaitu USD 2.045 per troy ounce (toz).

Pada kuartal I ini, katanya, AS akan mengeluarkan banyak kebijakan yang kemungkinan membawa indeks dolar melemah dan harga emas mengalami kenaikan.

“Penurunan besar indeks dolar AS akan terjadi ke 87, saat itu lah emas menyentuh level USD 2.045 per troy ounce. Kalau tidak, emas akan susah mencapai level tersebut, di angka USD 2.000 per troy ounce sudah cukup bagus,” jelas Ibrahim pada Jumat (8/1/2021).

Kenaikan harga emas tidak akan berlangsung lama. Fluktuasi akan mencapai level terendah pada kuartal III 2021 dengan harga USD 1.600 per troy ounce. Hal ini disebabkan vaksinasi sudah merata, dan masyarakat sudah mulai bekerja seperti biasa.

Perekonomian sudah mulai menggeliat, lalu pilihan investasi pun akan beralih ke saham dan obligasi.

“Jika vaksinasi sudah berjalan dengan baik, maka perekonomian akan turut membaik,” tutur Ibrahim.

Harga Emas Tergelincir Dolar AS yang Perkasa

Harga emas tergelincir terbebani Dolar AS yang menguat serta imbal hasil Treasury AS yang lebih tinggi. Meski demikian, kerugian harga emas sedikit tertutupi prediksi jika kucuran stimulus fiskal akan lebih besar di bawah pemerintahan yang dipimpin Demokrat.

Dikutip dari laman CNBC, Jumat (8/1/2021), harga emas di pasar spot turun 0,3 persen menjadi USD 1.913,87 per ounce. Emas berjangka AS ditutup naik 0,3 persen menjadi USD 1.913,60.

Harga emas tergelincir sebanyak 2,5 persen usai mencapai level tertinggi sejak 9 November. Itu karena imbal hasil Treasury AS 10-tahun melonjak di atas 1 persen untuk pertama kalinya sejak Maret.

“Imbal hasil treasury yang lebih tinggi menarik beberapa uang pelarian dari pasar emas,” kata Bob Haberkorn, ahli strategi pasar senior di RJO Futures. Meski sayangnya, penguatan Dolar AS membebani emas.

Indeks dolar rebound dari level terendah multi-tahun, membuat bullion kurang menarik bagi pemegang mata uang lainnya.

Kemenangan Demokrat dalam putaran kedua Senat AS memicu ekspektasi inflasi karena investor menaikkan taruhan akan stimulus fiskal yang lebih banyak.

Sementara Kongres AS telah mengesahkan kemenangan Presiden terpilih Joe Biden.

“Kemenangan ganda Demokrat di Georgia meningkatkan ekspektasi dukungan stimulus yang lebih besar dan belanja infrastruktur yang lebih tinggi,” kata Analis Standard Chartered Suki Cooper, menambahkan ekspektasi inflasi yang lebih tinggi yang dihasilkan akan mendukung momentum kenaikan emas.

Harga Logam Lainnya

Di sisi teknis, emas tidak lagi berada di wilayah overbought dan USD 1.965 per ounce adalah level resistensi utama, kata Suki, dengan dukungan jangka pendek di posisi sekitar USD 1.894.

Logam non-imbal hasil dianggap sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang kemungkinan dipicu oleh langkah-langkah stimulus yang meluas.

“Akan ada lebih banyak sisi negatif untuk dolar, dan itu juga akan menjadi bullish untuk logam,” kata analis senior Kitco Metals Jim Wyckoff.

Adapun harga perak turun 1 persen menjadi USD 27,02 per ounce. Platinum naik 0,8 persen menjadi USD 1.110,33, dan paladium turun 1,2 persen menjadi USD 2.408,69.

FID

Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close