BIMATA.ID, Jakarta- Anggota Komisi VI DPR-RI Fraksi Partai Gerindra, Andre Rosiade pagi ini menindaklanjuti laporannya ke Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) mengenai kasus predatory pricing pabrik semen CONCH asal China.
Andre menyampaikan, PT Semen Conch China Tabalong awalnya menjual semen Rp 50.000 per sak. Sementara, pabrik semen Indonesia, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk menjual semen dengan harga Rp 53.000 per sak.
“Tapi setelah Indocement di Tarjun setop dalam 1,5 bulan ini, harga semen CONCH per sak sekarang naik dari Rp 50.000, ke Rp 60.000, dan sekarang sudah naik ke Rp 65.000/sak di wilayah Kota Baru, Kalimantan Selatan. Naiknya luar biasa ini,” ujar Andre di kantor Pusat KPPU, Jakarta Pusat, Senin (9/9/2019).
Ia menyimpulkan, CONCH sengaja menjual rugi semennya. Akan tetapi, ketika kompetitornya ‘mati’, CONCH mulai menaikkan harga semennya.
“Sekarang mungkin mereka jual rugi atau jual murah, setelah pabrik-pabrik semen Indonesia tutup harga semen yang mereka jual sekarang Rp 50.000an bisa saja naik Rp 80.000. Karena itu lah strategi mereka ingin menghancurkan industri semen nasional kita. Setelah kita hancur, bangkrut, mereka ambil alih dan mereka akan kerek harga,” terang Andre.
Berhentinya produksi PT Indocement Tunggal Prakarsa di Tarjun, Kalimantan Selatan itu sudah menjadi bukti berhasilnya praktik predatory pricing CONCH.
“Kalimantan Selatan sudah membuktikan hal itu. Di saat Indocement Tarjun setop 1,5 bulan ini, mereka jual naik Rp 65.000,” ucapnya.
Andre berpesan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan KPPU agar menindaklanjuti dengan serius laporannya ini.
“Jadi kami minta KPPU serius bekerja,” katanya.
“Kami minta Pak Jokowi bangun dari tidurnya. Industri semen kita di pinggir jurang, di ambang kematian dari serbuan industri semen Tiongkok,” Sambungnya.