BIMATA.ID, Sleman – Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kabupaten Sleman menggelar deklarasi akbar untuk menyatakan dukungan kepada pasangan Danang Wicaksana Sulistya-Raden Agus Choliq (DWS-ACH) di Pondok Pesantren Ar Robithoh, Krapyak, Wedomartani, Ngemplak, Sleman, Jumat 4 Desember 2020.
Deklarasi yang dihadiri oleh 200 kyai dan ulama NU se-Kabupaten Sleman dengan penerapan protokol kesehatan itu, Rais Syuriyah PCNU Sleman KH Mas’ud Masduki menegaskan, sudah saatnya NU berkontribusi aktif dalam membangun.
Menurut Kyai Mas’ud, besarnya potensi wilayah di Kabupaten Sleman belum digarap dengan maksimal. Merespon hal tersebut, menurut dia NU sebagai komponen bangsa menjawab tantangan dengan mengirimkan salah satu kader terbaiknya, R. Agus Choliq untuk maju mendampingi DWS pada kontestasi Pilkada Sleman 2020.
“Setelah lima belas tahun, inilah saatnya. Sekarang waktunya kita memiliki pasangan bupati dan wakil bupati yang memang asli dari NU,” kata Kyai Mas’ud.
Sementara itu, KH Agus Masruri yang hadir dalam deklarasi tersebut menyatakan gelaran kontestasi Pilkada Sleman 2020 merupakan hajat seluruh warga Nahdliyin, khususnya yang tinggal di Sleman.
“Baik NU struktural maupun kultural sudah sepakat, patuh pada Rais Syuriah PWNU (DIY) maupun PCNU (Sleman),” tegas kyai yang akrab disapa Gus Ruri usai memimpin deklarasi golongan NU non struktural.
Selain itu, Gus Ruri juga meminta kepada warga nahdliyin, khususnya yang tinggal di Sleman untuk terus mendoakan pasangan DWS-ACH agar dapat memenangi kontestasi Pilkda 2020.
“Monggo disengkuyung bersama. Ini hajat seluruh warga NU, khususnya yang ada di Sleman,” katanya.
Acara deklarasi yang diawai dengan pembacaan tahlil tersebut dibagi menjadi dua sesi, yakni deklarasi oleh pengurus struktural PCNU dan Badan Otonom NU Kabupaten Sleman yang dipimpin oleh KH Mas’ud Masduki, serta deklarasi kyai non struktural yang dipandu oleh Gus Ruri.
Menanggapi dukungan segelintir kyai NU kepada paslon lain yang dilakukan dengan membentuk forum dan jaringan, Kyai Mas’ud menyebut seluruh warga dan tokoh NU sebagai sebuah dinamika yang wajar terjadi.
“Mungkin kita yang berada dalam barisan DWS-ACH belum dapat memenuhi keinginan mereka (para pendukung paslon lain), jangan terlalu emosi, kita doakan saja mereka kembali bersama mayoritas ulama NU,” katanya.
Ditanya terkait keinginan para kyai NU yang menyatakan diri mendukung paslon Kustini Sri Purnomo-Danang Maharsa, Kyai Mas’ud enggan menjawab. Namun dia menduga, aksi dukung mendukung tokoh-tokoh NU yang keluar dari garis fatwa PCNU Sleman dan Tim 9 itu berhubungan dengan materi.
Menurut Khatib Syuriah PCNU Sleman sekaligus Anggota Tim 9 KH Fahmi Basya, alasan kuat jamiyah NU mendukung DWS-ACH tidak lain merupakan bagian dari upaya memajukan organisasi.
“Sederhana saja, di Sleman ini ada 111 pondok pesantren, 80 persennya berafiliasi dengan NU. Agus Choliq kami harapkan dapat menyuarakan kepentingan kami utamanya di bidang pendidikan, pemberdayaan ekonomi dan kesehatan,” kata pengasuh PP Alfalahiyah Mlangi yang karib dipanggil Gus Fahmi tersebut.
Menurut dia, dari data Nomor Statistik Pesantren (NSP) di Kementerian Agama, saat ini ada 90 pesantren yang telah tercatat, 80 persen lebih berafiliasi dengan NU. Tidak berlebihan jika nahdliyin kemudian berharap banyak mendapatkan perhatian dan sentuhan jika Agus Choliq yang merupakan kader internal masuk dalam sistem pemerintahan.
Bukan sekadar santri, Agus Choliq menurut Fahmi juga diharapkan dapat menyumbangkan pengalamannya menyelamatkan usaha kecil pedesaan di saat pandemi Covid-19. Melalui BUMDES Puri Mataram dengan produk wastafel portabelnya, Agus Choliq, menurut Fahmi terbukti dapat merespon krisis dengan cepat dan tepat.
Gus Fahmi menambahkan, kalangan nahdliyin mengharapkan adanya program riil yang dapat memberikan manfaat bagi lembaga pendidikan keagamaan seperti pesantren. Dia merinci, santri yang digembleng dalam ilmu agama perlu mendapat penguatan lifeskill bidang ekonomi agar dapat tetap berperan dalam pembangunan.
“Untuk itu saya turut mengimbau kepada seluruh jamiyah, tetap berada dalam satu barisan. Mas Danang dan Mas Agus ini santri NU, bocahe dewe,” pungkas Gus Fahmi.