BIMATA.ID, JAKARTA- Bisnis di sektor perumahan Indonesia masih memiliki prospek untuk ditingkatkan meskipun memiliki beberapa tantangan terutama dalam kondisi pandemi saat ini.
Rasio mortage atau GDP ratio Indonesia hanya tiga persen di sektor properti, masih rendah di antara kawasan Asia lainnya. Hal ini mengindikasikan masih banyaknya ruang untuk dikembangkan.
Tantangan dan juga peluang berupa backlog perumahan masih tinggi sekitar 11,4 juta orang berdasarkan kepemilikan dan 7,6 berdasarkan hunian.
Stakeholder and Relationship Department Head Bank BTN Kabul Budi Setyawan mengungkapkan bahwa angka backlog tersebut masih membuka peluang ekspansi bisnis properti.
“BTN mendukung program Sejuta Rumah dengan memfasilitasi ketersediaan rumah, keterjangkauan dan akses pembiayaan yang mudah,” katanya dalam paparan virtual, Kamis, 17 Desember 2020.
BTN memiliki skema pembiayaan perumahan seperti KPR mikro dan KPR bersubsidi seperti Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP), Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT), Subsidi Selisih Bunga (SSB) atau Subsidi Selisih Marjin (SSM).
BTN memberikan suku bunga flat sebesar lima persen, uang muka satu persen, dan tenor 20 tahun. Sedangkan untuk SSB maupun SSM, Perseroan memberikan suku bunga lima persen fixed untuk 10 tahun dan floating tahun ke-11 dengan tenor 20 tahun.
(Bagus)