Razikin Front Persatuan Indonesia (FPI)
Ciputat, 23 November 2020
BIMATA.ID, OPINI — Keberadaan kendaraan tempur dan mobil dinas pasukan elite Komando Operasi Khusus (Koopssus) di depan markas Front Pembela Islam (FPI), kalau memang betul hanya sekedar lewat tak bermaksud mengawasi atau mengintimidasi kelompok masyarakat sipil, saya pikir tidak perlu dipersoalkan yang justeru terkesan menyudutkan TNI.
Kita perlu menjaga marwah Komando Operasi Khusus (Koopssus), ini Komando khusus dibentuk dari tiga matra untuk melakukan operasi khusus baik di dalam maupun di luar Negeri.
Saya menilai keberadaan anggota Koopssus di dekat sekretariat FPI itu tidak dimaksudkan untuk mengindimidasi masyarakat. Saya juga bisa dimaklumi kecurigaan sebagian orang yang mengatakan bahwa keberadaan pasukan Koopssus disana adalah cara intimidasi kepada Rizieq Shihab, tapi kecurigaan itu tidak benar. Mengingat sekelas Koopssus tidak mungkin melakukan tindakan konyol untuk menghadapi masyarakat sipil yang tak bersenjata.
TNI itu dikontrol oleh Dunia Internasional, diawasi oleh NGO internasional maupun Nasional, sedikit saja TNI melakukan pelanggaran Hak Azasi Manusia, akan dikecam oleh dunia, jadi saya percaya TNI kita tidak mungkin mengintimidasi masyarakat sipil, TNI kita salah satu militer di Dunia yang paling sukses mereformasi diri dan menjunjung tinggi hak Azasi manusia, Militer Indoenesia merupakan Militer revolusioner-profesional terbaik di Dunia.
Namun TNI diberi ruang oleh UU untuk bertindak menghadapi masyarakat sipil dengan berbagai alasan, sebutlah masalah, bahwa kelompok masyarakat itu secara idiologis memilik idiologi yang bertentangan dengan Pancasila, mengampanyekan, memperjuangkan pergantian idiologi Negara, atau mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat dalam skala yang luas. Pertanyaannya, apakah FPI masuk dalam kategori tersebut.? Bisa iya, bisa juga tidak, sangat tergantung dari alat baca yang kita gunakan.
Pada titik itu, bisa jadi TNI mengantongi analisa dan data yang lengkap, mungkin saja data yang dimiliki TNI mengenai keberadaan FPI telah mengarah pada gangguan keamanan dan ketahanan Negara. Dengan demikian TNI bertindak. Misalnya tindakan TNI menurunkan baliho dan spanduk Muhammad Rizieq Shihab di Jakarta.
Apa urgensinya TNI terlibat menurunkan baliho?. Tapi coba renungkan, jangan hanya lihat selembar Balihonya Muhammad Rizieq Shihab, tapi lihatlah baliho itu sebagai alat agitasi dan propaganda untuk membuat kekacauan yang jika dibiarkan, pelan-pelang tapi pasti dapat menciptakan huru-hara Nasional.
Berbagai fakta menunjukkan hal itu, maka percayalah, tindakan TNI itu semata-mata menjaga keutuhan Negara Kesatuan Indonesia. TNI berkewajiban menutup semua ruang dan kesempatan bagi kelompok masyarakat yang ingin menciptakan proxy war pada seluruh wilayah NKRI, sekali mereka mendapat kesempatan, akan sulit dikendalikan dan Indonesia terjerembab dalam kubangan konflik berdarah antar sesama, sebagian Negara timur tengah menjadi bukti akan hal itu. Karenanya, tidak ada cara lain agar Indonesia terhindar dari proxy war, selain bersama-sama TNI, kita jaga Indonesia, kata Buya Syafi’i Ma’arif, “Indonesia harus bertahan hingga sehari sebelum kiamat”.
(***)