BIMATA.ID, JAKARTA- Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Panjaitan menyatakan Indonesia masih kesulitan untuk meninggalkan penggunaan batu bara sebagai sumber energi.
Ketergantungan RI akan batu bara terhadap total sumber energi hingga sekarang masih lebih dari 60 persen.
“Kami tidak bisa bilang kalau dengan segera tidak mau lagi menggunakan batu bara karena saya percaya lebih dari 60 persen dari sumber energi Indonesia masih dihasilkan dari batu bara,” katanya pada diskusi daring Investment Summit, Rabu (25/11).
Luhut menyebut bukan berarti pemerintah RI tak berusaha mempercepat pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) untuk secara bertahap menggantikan batu bara atau sumber energi fosil lainnya.
Ia menambahkan meski kaya akan sumber daya batu bara, konsumsi batu bara dalam negeri sendiri sebetulnya tak terbesar. Ia mengaku konsumsi batu bara di dalam negeri naik. Kenaikan tak terlalu signifikan. Dia menambahkan kalau kegiatan ekspor justru mendominasi hasil eksplorasi batu bara.
Ia mengatakan dari total produksi batu bara sebesar 323,3 juta ton setara minyak pada 2018, sebanyak 261,7 juta ton di antaranya justru diekspor. Sisa 61,6 juta ton baru digunakan untuk konsumsi dalam negeri.
“Kami tidak mau lagi hanya mengekspor batu bara mentah atau memakainya, tapi kami ingin melihat hilirisasi batu bara. Mungkin kami bisa mengarah ke hilirisasi metanol karena butuh metanol untuk B30,” kata dia.
Luhut tak menampik bahwa penggunaan energi terbarukan di Indonesia masih rendah meski memiliki potensi yang luar biasa.
Indonesia memiliki potensi energi terbarukan sebesar 443,208 MW. Ini berasal dari energi solar, angin, geotermal, air, biomass, dan lainnya. Namun, utilisasi atau pemanfaatannya hanya berkisar 2 persen dari potensi.
“Indonesia memiliki potensi EBT yang besar namun utilisasinya masih kecil,” ujarnya.
(Bagus)