BIMATA.ID, JAKARTA- Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Jember Jumantoro menghawatirkan sulitnya regenerasi petani dari kalangan milenial. Menurutnya hal tersebut akan mempengaruhi masa depan sektor pertanian dan keberlangsungan pertahanan pangan di Jember, terlebih karena usia petani saat ini rata-rata di atas 48 tahun.
“Iya betul, regenerasi petani dari kalangan milenial saat ini sangat sulit sekali, jarang ada anak muda yang tertarik untuk menjadi petani atau terjun ke dunia pertanian. Ini akan sangat berpengaruh pada masa depan sektor pertanian dan ketahanan pangan di Jember. Sekarang ini usia petani rata-rata 48 tahun ke atas,” jelasnya
Jumantoro menilai bahwa kurang adanya stimulus berupa regulasi dari pemerintah untuk menarik minat pemuda di bidang pertanian, menjadi salah satu penyebab dari sulitnya regenerasi petani. Selain itu dirinya juga mengatakan hingga saat ini, profesi bekerja di sawah masih dipandang sebagai pekerjaan yang kurang moderen.
“Saya rasa sampai saat ini masih belum ada regulasi dari pemerintah yang bisa menarik minat anak muda untuk terjun di bidang pertanian. Selain itu sampai sekarang anak muda banyak berfikir profesi petani ini masih dianggap tidak menarik, tidak moderen dan kurang menjajikan,” katanya.
Dirinya berharap kedepannya, pemerintah memiliki formulasi yang khusus untuk menarik minat masyarakat muda baik di desa maupun kota agar terjun ke pertanian.
“Saya harap kedepannya ini akan ada formulasi khusus dari pemerintah untuk menarik minat pemuda baik di desa maupun di kota agar semangat terjun ke pertanian,” ujarnya.
Aktivis pertanian ini juga menyayangkan banyaknya permasalahan di kalangan petani Kabupaten Jember selama lima tahun terakhir seperti, kelangkaan pupuk dan rendahnya harga jual hasil pertanian.
“Kalau berbicara masalah pertanian banyak sekali, tidak hanya ada satu permasalahan. Mulai kelangkaan pupuk sampai rendahnya hasil jual, ini kan sangat berpengaruh pada kehidupan petani,” ucapnya.
Padahal menurutnya wilayah pertanian di Kabupaten Jember ini cukup luas, sehingga jika dikelola dan mendapatkan perhatian yang baik dari pemerintah makan hasilnya akan memuaskan.
“Padahal Jember ini lahan pertaniannya luas, kalau dikelola dengan baik kan bisa berpengaruh juga pada kualitasnya. Baik kualitas petani, lahan maupun hasilnya,” pungkasnya.
(Bagus)