Biden Menang, Proyek Batu Bara Bakal Makin Suram
BIMATA.ID, JAKARTA- Amerika Serikat (AS) baru saja menggelar Pemilihan Presiden (Pilpres) yang dimenangkan oleh Joe Biden. Bakal menjadi Presiden ke-46 Amerika Serikat, sosok Biden dikenal dengan pro terhadap pemanfaatan dan pengembangan energi baru terbarukan (EBT). Bahkan, dia menargetkan AS bakal menggunakan penggunaan energi bersih 100% pada 2050 mendatang.
Pemanfaatan EBT yang bakal lebih masif oleh negara adidaya ini diperkirakan akan berdampak pada semakin sulitnya perusahaan batu bara untuk mendapatkan pendanaan.
Hal ini disampaikan oleh Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia.
“Mengenai terpilihnya Biden, tentu akan berdampak terhadap masa depan pertambangan batu bara. Khususnya faktor pendanaan yang akan semakin sulit karena pemerintah AS di bawah pemerintahan Biden akan lebih agresif dalam mendorong EBT,” ungkapnya.
Meski di sektor pendanaan terpuruk, namun menurutnya pasar ekspor batu bara Indonesia secara umum tidak akan terdampak signifikan dari hasil Pilpres AS ini karena sebagian besar ekspor batu bara dikirim ke negara-negara di Asia seperti China, India, dan Asia Tenggara yang mencapai 80%, sisanya 20% ke negara-negara Asia Timur seperti Taiwan, Korea, dan Jepang.
“Yang paling kita khawatirkan justru jika pemerintah Republik Rakyat Tiongkok (China) mengambil keputusan untuk membatasi impor batu bara dari Indonesia,” paparnya.
“Jika ini terjadi, akan berdampak pada Indonesia. Perusahaan-perusahaan tersebut juga akan mencari pasar teknologi dengan cara berinvestasi pada proyek-proyek energi terbarukan yang sesuai dengan ekspektasi investasi mereka,” jelasnya.
Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan terpilihnya Biden bakal memperkuat target 100% energi bersih yang telah dimiliki oleh sejumlah negara bagian di tingkat nasional. Menurutnya, ini akan berimplikasi pada pemanfaatan energi terbarukan skala besar, inovasi, serta riset dan pengembangan (R&D) teknologi.
Dia pun memperkirakan dalam dua sampai tiga tahun ke depan, bakal ada minat dari perusahaan-perusahaan manufaktur teknologi, lembaga finansial, dan investor untuk berinvestasi di sektor energi baru terbarukan di Indonesia. Seperti diketahui Indonesia memiliki potensi energi terbarukan yang cukup besar.
“Paling tidak, di sektor kelistrikan saja untuk mencapai target energi terbarukan di 2025 diperlukan tambahan 15 giga watt (GW) pembangkit energi terbarukan. Saya melihat teknologi low carbon khususnya angin, biomassa gasifikasi, mobil listrik, smart grid, teknologi battery, tidal energy (gelombang laut),” jelasnya.
(Bagus)