BeritaPolitik

Warga Karanggawang Harapkan Pelatihan Ternak Mandiri Pakan

BIMATA.ID, Sleman – Calon Bupati Sleman nomor urut 1, Danang Wicaksana Sulistya (DWS) bersilaturahmi ke masyarakat Dusun Karanggawang, Mororejo, Tempel, Sleman, Sabtu (24/10/2020).

Dihadiri puluhan Kepala Keluarga (KK) dan ibu-ibu, DWS menerima banyak keluhan mengenai pelaksanaan program Kartu Tani dari Pemerintah Pusat yang dirasa masih terlalu rumit dalam pelaksanaannya.

Selain bertemu masyarakat, DWS juga mengunjungi kandang penggemukan sapi milik Hari Setyo dan berbincang mengenai seluk beluk dan kendala dalam proses penggemukan sapi.

Pemuda 24 tahun, yang mulai mengelola kandang sapi milik ayahnya sejak dua tahun lalu ini mengungkapkan, keinginannya untuk bisa memproduksi pakan konsetrat sendiri untuk kebutuhan ternak peliharaannya.

“Kalau besok Mas Danang jadi (Bupati), tolong saya diberi pelatihan membuat pakan konsentrat. Kalau saya bisa bikin pakan sendiri, ongkos produksi bisa ditekan, kemudian harga sapi saya bisa bersaing,” ungkapnya, Sabtu (24/10/2020).

Kini, ada 13 ekor sapi yang mengisi kandang penggemukan miliknya. Hari mengaku, anakan sapi atau pedhet didapatnya dari pasar-pasar hewan yang berada di sekitaran Provinsi DI Yogyakarta (DIY).

Setelah mengalami proses penggemukan selama enam bulan, sapi dari kandang miliknya akan diambil oleh beberapa Rumah Pemotongan Hewan (RPH) yang berada di wilayah Provinsi DIY.

Hari berharap, Bupati Sleman mendatang bisa lebih memperhatikan nasib peternak.

Menanggapi hal tersebut, DWS menyatakan kesiapannya mendukung upaya peternak untuk mandiri pakan. Peternakan, bersama pertanian, UMKM dan industri kreatif mendapatkan perhatian dari pasangan calon (Paslon) DWS-ACH. Potensi ekonomi yang masih belum terpetakan harus mendapat sentuhan.

“Semua potensi harus kita petakan, karena salah satu yang utama bagi DWS-ACH adalah pemulihan ekonomi warga Sleman paska pandemi Covid-19. Jadi, semua potensi harus kita kerahkan,” katanya.

Dalam 5 Cita Kerja DWS-ACH, penguatan sektor pertanian, peternakan dan ekonomi pedesaan mendapatkan perhatian khusus. Pasalnya, dengan merevitalisasi perekonomian di tataran akar rumput, DWS-ACH yakin Kabupaten Sleman segera bangkit. Meski demikian, pemetaan dan pendataan tidak dapat dilakukan serampangan dan tanpa strategi.

“Dalam misi kelima, saya dan Mas Agus Choliq bersepakat untuk menggandeng akademisi. Kita punya puluhan perguruan tinggi yang bagus, akademisinya harus kita libatkan untuk bersinergi dengan komponen lain demi akselerasi pemulihan ekonomi ini kedepannya,” imbuhnya.

Selain itu, menurut DWS, program kemitraan dengan akademisi juga akan menjadi tulang punggung pendataan pertanian di Kabupaten Sleman. Saat ini, Kabupaten Sleman belum memiliki basis data yang baik terkait potensi dan ancaman sektor pertanian.

“Dalam bayangan kami, DWS-ACH akan menggandeng kampus-kampus untuk menyusun data perwilayah Kecamatan. Jadi, tiap Kecamatan memiliki data hasil riset tersendiri, agar kebijakan pembagian pupuk misalnya, dapat lebih tepat. Karena jika dipukul rata, ada tanah yang membutuhkan pupuk lebih dan kurang dari porsi jatah subsidi,” tuturnya.

Selain persoalan pemupukan, DWS menyebut, dengan data tersebut pengendalian hama akan lebih mudah. Bahkan, jika difasilitasi penelitian, dia yakin akademisi akan menghasilkan bibit-bibit unggul dengan produktivitas tinggi serta tahan hama.

“Kalau kemampuan produksi sudah digarap, tinggal mengerjakan paska panen. Pengolahan dan pemasaran menjadi kerja berikutnya. Bersama akademisi, saya yakin akan lebih mudah,” pungkasnya.

Karakter sebuah wilayah juga menjadi perhatian DWS-ACH dalam mengembangkan sektor lain, misalnya pariwisata. Berdasarkan masukan dari masyarakat petani yang didatanginya, DWS menyatakan, masyarakat kebanyakan menginginkan wilayahnya juga turut ambil porsi dalam industri wisata.

“Jadi ya harus diharmonisasikan. Jangan daerah pertanian, wisatanya kita bangun seperti wilayah perkotaan. Tidak semua wilayah pingin punya pusat perbelanjaan dan tidak semua wisatawan ingin suasana perkotaan,” ujarnya.

Sebagai jalan tengah, DWS-ACH berencana membangun wilayah Kecamatan yang memiliki potensi pertanian dan sejauh ini menjadi lumbung pangan untuk tetap berfungsi sebagaimana mestinya. Namun, DWS menawarkan program pengembangan ekowisata dengan menggarap potensi alamiah dan budaya lokalnya.

“Strateginya, ajak warga untuk duduk bersama, jadi kita bangun sesuai keinginan mereka dengan menimbang fungsi asal sebuah wilayah. Wisatanya, kita arahkan ke alam dan budaya,” tandasnya.

[USMAN]

Tags

Tulisan terkait

Bimata
Close