Bimata

Tak Melulu Urusan Politik, Rumah Pemenangan DWS-ACH Juga Jadi Rumah Seni

BIMATA.ID, Slemana – Tidak melulu soal politik praktis, rumah pemenangan pasangan calon (Paslon) nomor urut 1, Danang Wicaksana Sulistya-Agus Cholik (DWS-ACH) di Dusun Pakemtegal, Pakembinangun, Pakem, juga dimanfaatkan sebagai ruang apresiasi seni, seperti melukis, Minggu (25/10/2020).

Acara yang diisi dengan kegiatan melukis bersama belasan seniman juga dihadiri oleh DWS bersama keluarganya.

“Acara ini merupakan manifestasi dari usul dan harapan para seniman di Sleman terhadap kepemimpinan Sleman mendatang,” kata Joko Timun, Minggu (25/10/2020).

Menurut Dia, apresiasi Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sleman terhadap keberadaan ruang apresiasi seni dirasa sangat kurang.

“Sebagai Kabupaten kaya, seharusnya Sleman tempat untuk apresiasi seni, seperti Ancol di Jakarta atau Ubud di Bali,” lanjut Joko.

Dengan begitu Dia berharap, Pemkab Sleman mendatang lebih memperhatikan keberadaan ruang apresiasi untuk seniman yang ada di Kabupaten Sleman.

“Agar karya seniman dan para penikmat seni bisa dipertemukan kemudian bisa diapresiasi,” ucap Joko.

Sementara, Ketua RT 38 Pakemtegal, Suratno, yang menghadiri acara tersebut berharap kegiatan kesenian di kampungnya bisa berlangsung rutin. Sebab, acara ini bisa berdampak positif bagi warga sekitar, khususnya generasi muda.

Tidak hanya itu, Dia juga menyambut positif rencana rumah pemenangan DWS yang akan dijadikan sebagai galeri seni usai perhelatan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 mendatang.

“Warga Pakemtegal sangat terbuka, tentu kalau galeri seni dibuka di sini, masyarakat akan menyambut baik. Tidak hanya semakin memasyarakatkan kesenian, dampak ekonomi juga akan dinikmati masyarakat di sini,” tutur Suratno.

Di tempat yang sama, DWS menyatakan, meskipun sederhana, kegiatan apresiasi seni tersebut cukup untuk menjadi pengobat rindu untuk pegiat kesenian yang selama pandemi Covid-19 vakum.

“Termasuk dalam prioritas saya dan Mas Agus Choliq adalah menciptakan ruang-ruang apreseasi di wilayah Sleman. Ini untuk merangsang kreatifitas dan memberikan ruang bagi seni dan budaya kita,” ujar DWS.

Dia menyebut, visi kedua adalah pembangunan wilayah yang berkualitas, merata, berkarakter budaya serta berwawasan lingkungan. Untuk itu, tidak ada salahnya dimulai dari lingkup terkecil, di kampung-kampung, dan memanfaatkan tempat yang tersedia.

“Karena visi kedua itu berkait dengan visi ketiga, membangun sumber daya manusia unggul, berakhlak, dan berbudaya,” jelas DWS.

Oleh karenanya Dia menilai, kesenian dan kebudayaan adalah sisi yang harus mendapatkan prioritas. Selain sebagai bagian dari identitas masyarakat Kabupaten Sleman, budaya juga diyakini akan memberikan dampak kepedulian, rasa memiliki, rasa bangga terhadap wilayah, dan kepekaan sosial yang sangat diperlukan dalam pembangunan suatu daerah.

“Apalagi untuk wilayah lereng Merapi, pembangunan sektor wisata diharapkan dapat bertumpu pada atraksi, bukan destinasi. Pasalnya, lereng Merapi ini kita cadangkan untuk daerah tangkapan air, meskipun juga harus dipakai mendorong pertumbuhan sektor wisata,” imbuh DWS.

Ke depan, pengembangan pariwisata di wilayah Kecamatan Pakem bersama Kecamatan Cangkringan, Turi, dan Tempel akan difokuskan pada kegiatan untuk menarik pengunjung.

“Potensi seni dan budaya di empat lokasi tersebut harus kita inventarisir, ditata, diagendakan yang rapi, dikemas yang bagus, dipromosikan, dan difasilitasi,” ungkap DWS.

[USMAN]

Exit mobile version