BIMATA.ID, JAKARTA- Jurus baru pemerintah untuk kembali menggeliatkan sektor pariwisata dan industri penerbangan setelah babak belur dihantam pandemi Covid-19. Jurus baru tersebut dengan memberikan insentif tarif Pelayanan Jasa Penumpang Pesawat Udara (PJP2U) atau Passenger Service Charge (PSC) di 13 bandara di Indonesia. Dengan adanya stimulus ini, masyarakat pengguna transportasi udara bisa membeli tiket dengan harga lebih murah dibanding biasanya.
“Stimulus PJP2U akan diberikan kepada seluruh penumpang yang membeli tiket (di 13 bandara tertentu) pada periode 23 Oktober hingga 31 Desember 2020 dengan tanggal keberangkatan sebelum 1 Januari 2021,” ujar Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Novie Riyanto.
Adapun ke-13 bandara tersebut, yakni Bandara Soekarno-Hatta (CGK), Bandara Hang Nadim (BTH), Bandara Kualanamu Medan (KNO), Bandara I Gusti Ngurah Rai Denpasar (DPS), dan International Yogyakarta Kulon Progo (YIA).
Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta (HLP), Bandara Internasional Lombok Praya (LOP), Jenderal Ahmad Yani Semarang (SRG), Bandara Sam Ratulangi Manado (MDC). Kemudian, Bandara Komodo Labuan Bajo (LBJ), Bandara Silangit (DTB), Bandara Banyuwangi (BWX), hingga Bandara Adi Sucipto (JOG).
Pemerintah telah menyiapkan dana sebesar Rp 175,7 miliar. Selain itu, pemerintah juga memberikan insentif untuk kalibrasi fasilitas penerbangan. Biasanya biaya ini ditanggung oleh operator bandara.
Untuk insentif kalibrasi fasilitas penerbangan, pemerintah menggelontorkan anggaran senilai Rp 40,8 miliar. Jika ditotal, maka pemerintah telah menyiapkan anggaran sebesar Rp 216,5 miliar untuk stimulus bagi sektor transportasi dan pariwisata dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).
“Stimulus PJP2U ini adalah berita baik bagi masyarakat dan industri penerbangan,” ungkapnya.
Alasan pemerintah tak memberlakukan stimulus ini di semua bandara di Indonesia. Program ini hanya menyasar untuk daerah-daerah yang memiliki potensi di sektor pariwisata.
“Diharapkan dengan adanya stimulus ini masyarakat akan dapat keringanan biaya perjalanan dengan maskapai ke berbagai tujuan yang akhirnya memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di daerah,” ujarnya.
(Bagus)