BIMATA.ID, JAKARTA- Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL), menyerahkan 10 unit alat mesin pertanian ( alsintan) kepada sejumlah kelompok tani (poktan) di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar).
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Padang Pariaman, Yurisman Yakub mengatakan, alsintan tersebut berasal dari tiga sumber dana, yaitu Kementerian Pertanian (Kementan), Pemerintah Sumbar, dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Padang Pariaman.
“ Alsintan itu dikelola kelompok tani dan akan digunakan untuk membantu kerjanya,” kata Yurisman, Selasa (27/10/2020), seperti dalam keterangan tertulisnya.
Dia menambahkan, dari 1.300 poktan di Padang Pariaman, baru sekitar 1.000 yang sudah memiliki alsintan, sisanya masih menggunakan cara tradisional.
“Kami masih mengupayakan 300 kelompok lagi, baik dari anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Padang Pariaman serta Sumbar maupun pemerintah pusat,” kata Yurisman.
Pada kesempatan tersebut, SYL mengatakan, di tengah upaya penanggulangan Covid-19, sektor pertanian menjadi harapan dan tulang punggung.
“Tanggung jawab menyediakan pangan bagi 275 juta penduduk Indonesia merupakan spirit bagi keluarga besar Kementan dan semua pelaku pembangunan pertanian,” ujar SYL.
Mendengar hal tersebut, Yurisman mengatakan, pihaknya akan terus berupaya meningkatkan produksi padi di Padang Pariaman guna menjamin ketersedian pangan bagi warga setempat.
“Per tahunnya, Padang Pariaman surplus beras 120.000 ton. Beras ini tidak dijual di Sumbar saja, tapi juga ke luar Sumbar,” ujarnya.
Untuk mendukung hal tersebut, SYL pun berjanji akan terus memberi bantuan sarana produksi, alat prapanen dan pascapanen, serta mendorong petani menggunakan fasilitas kredit usaha rakyat (KUR) dan mengembangkan pertanian berbasis korporasi klaster.
Sebagai informasi, sebelumnya Kementan memberi bantuan senilai Rp 39,4 miliar untuk pertanian di Sumbar, yang disalurkan melalui Direktorat Jenderal Tanaman Pangan sebesar Rp 18,2 miliar, serta Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian Rp 12,8 miliar.
Sisanya diberi melalui Direktorat Jenderal Perkebunan sebesar Rp 4,3 miliar, dan Direktorat Jenderal Hortikultura sebanyak Rp 3,9 miliar.
“Kami akan terus dorong pemenuhan kebutuhan dalam negeri supaya dapat mengurangi impor dan meningkatkan volume ekspor. Bersama Kementerian Perdagangan (Kemendag), Badan Urusan Logistik (Bulog), dan pihak lainnya, kami juga berusaha menjaga stabilisasi harga,” kata SYL.
Sementara itu, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy mengatakan, alsintan tak hanya berguna untuk menjamin ketersediaan pangan, tapi juga memberi penghasilan tambahan kepada poktan atau gabungan kelompok tani (gapoktan).
Caranya, poktan atau gapoktan dapat membentuk Usaha Pelayanan Jasa Alsintan (UPJA), koperasi, dan kelompok usaha bersama (KUB) untuk mengembangkan alsintan bantuan pemerintah.
Di sejumlah daerah, keberadaan UPJA telah terbukti mampu memberi nilai tambah kepada poktan atau gapoktan.
Ada salah satu UPJA yang mengelola alsintan. Dalam kurun dua bulan, mereka bisa mendapat hasil dari sewa hingga Rp 46 juta,” ujar Sarwo.
Sarwo pun menekankan, petani harus bisa memanfaatkan bantuan alsintan semaksimal mungkin. Sebab, petani yang menggunakan alsintan usaha taninya lebih efektif dan efisien.
“Kalau membajak sawah dengan alat tradisional butuh waktu 5-6 hari per hektar (ha), dengan traktor petani hanya butuh waktu 3 jam per ha, sehingga penggunaan alsintan 40 persen lebih efisien,” tuturnya.
(Bagus)