BIMATA.ID, Jakartas – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Republik Indonesia (RI) mengungkapkan, beberapa kesulitan yang dialami KPU RI dalam menggelar Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak 2020 di tengah pandemi Covid-19.
Penerapan protokol kesehatan, seperti jaga jarak dan menghindari kerumunan adalah tantangan tersulit untuk dikendalikan. Meski begitu, untuk penggunaan masker saat kampanye banyak orang yang sudah menaati.
“Memang tantangan terbesar adalah ketaatan tentang protokol itu sendiri. Jadi yang paling sulit di lapangan adalah bagaimana menghindari kerumunan dan menjaga jarak. Itu yang saya lihat. Tetapi kalau tentang masker, di sejumlah daerah sudah terlaksana meski ada juga yang belum. Menjaga jarak ini yang sangat sulit,” ungkap Anggota Komisioner KPU RI, I Dewa Kade Wiarsa Raka Sandi, dalam webinar bertajuk ‘Mewujudkan Pilkada Serentak 2020 Yang Sehat Dan Berbudaya, Kamis (1/10/2020).
Kesulitan tersebut diakibatkan kultur masyarakat Indonesia yang gemar melakukan hal-hal secara bersama dan komunal. Secara sosiologi, silaturahmi menjadi yang terpenting bagi masyarakat Indonesia.
“Kalau kita lihat secara kultural dan secara sosiolgis, masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang penuh dengan kebersamaan, masyarakat yang komunal. Dimana silaturahmi itu menjadi sangat penting. Saya kira ini adalah karakter kita yang dibangun sejak kita kecil,” pungkas Raka.
“Jadi kalau ketemu teman, ketemu sahabat, ketemu senior, ketemu guru yang kita hormati tentulah kita mendekat, bersalaman, menyampaikan rasa silaturahmi dan rasa hormat kita,” tambah Raka.
Di tengah kondisi pandemi Covid-19, kebiasaan tersebut dapat diubah secara perlahan. Merubah kebiasaan ini sangat penting untuk mewujudkan Pilkada yang tetap mengedepankan protokol kesehatan secara maksimal.
“Mengubah ini tentu memerlukan komitmen. Kemudian tidak bersalaman, tidak mendekat, dan seterusnya. Ini adalah sebuah perubahan paradigma kebudayaan yang sangat penting, kalau kita ingin bisa menerapkan protokol kesehatan ini dengan baik,” kata Raka.
[MBN]