BIMATA.ID, JAKARTA- Harga listrik dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) dinilai akan kompetitif dengan harga listrik bersumber dari energi fosil seperti batu bara dan minyak.
Peneliti Senior sekaligus Mantan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Djarot Sulistio Wisnubroto mengatakan harga listrik dari PLTN di Indonesia bahkan bisa hanya sebesar US$ 7 sen per kilo Watt hour (kWh). Angka tersebut menurutnya berdasarkan hasil uji kelayakan (feasibility study/ FS) yang pernah dilakukan PT PLN (Persero) ketika ada wacana membangun PLTN di Bangka Belitung.
Dengan demikian, lanjutnya, harga listrik dari PLTN bisa sangat kompetitif bila dibandingkan dengan batu bara dan minyak.
Nuklir yang masuk ke dalam bagian energi baru terbarukan (EBT) menjadi energi yang tidak terpengaruh dengan cuaca dan sebagainya seperti jenis energi terbarukan lainnya. Kemudian, harga uranium yang menjadi bahan baku PLTN meski harganya fluktuatif, namun menurutnya tidak akan berpengaruh.
“Misal uranium (harganya) naik turun seperti batu bara, tapi harga listrik tidak terpengaruh. PLN sendiri pernah hitung berdasarkan FS-nya di Bangka Belitung, harga listrik dari nuklir bisa 7 sen dolar per kWh, ini sangat kompetitif. Karena dibandingkan dengan batu bara, ini berikan dukungan industrialisasi bagi beberapa daerah yang potensial seperti Kalimantan Barat,” paparnya.
Terkait besaran investasi untuk membangun PLTN, menurutnya jika berkaca pada Uni Emirat Arab (UEA) dalam membangun empat reaktor dengan masing-masing daya 1.400 mega watt (MW) sehingga totalnya mencapai 5.600 MW, maka investasi yang dibutuhkan mencapai Rp 300 triliun.
“Ini bisa jadi gambaran berapa biayanya pembangunan PLTN,” tuturnya.
Pakar Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia (HIMNI) Zaki Su’ud menyebut untuk membandingkan energi tidak bisa hanya dari biaya awal karena dia mengakui bahwa ongkos membangun PLTN memang sangat mahal. Namun pada saat sudah beroperasi, secara umum biaya operasi pembangkit listrik tenaga nuklir lebih kompetitif dibandingkan dengan batu bara.
“Dibandingkan energi baru terbarukan (EBT), listrik dari nuklir ini kompetitif secara umum ya. Nuklir bisanya dibandingkan dengan batu bara, tapi mungkin ada kendala juga seperti berapa harga miyak akan berpengaruh juga. Kalau harga minyak US$ 70 tidak (kompetitif), tapi kalau harga minyak US$ 100, nuklir jadi sangat kompetitif,” jelasnya.
Pemerintah tengah mengejar target bauran energi baru terbarukan sebesar 23% pada 2025 dan 31% pada 2050.
Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro mengatakan target bauran energi akan sulit dicapai tanpa melibatkan nuklir di dalamnya. Dia mengatakan, untuk bisa sampai 31% pada 2050, berarti PLTN harus ada.
“Apalagi PLTN memiliki beberapa kelebihan dibandingkan sumber EBT lainnya,” tuturnya dalam diskusi virtual dengan Himpunan Masyarakat Nuklir Indonesia (HIMNI) pada Kamis (13/08/2020).
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, bauran EBT hingga 2019 baru mencapai 9,15%. Adapun target pada 2025 mencapai 23%. Untuk mencapai bauran EBT 31% itu, menurut Bambang dibutuhkan pembangunan pembangkit listrik berskala besar dan tidak bersifat musiman seperti sumber EBT lainnya.
(Bagus)