BIMATA.ID, JAKARTA- Pemerintah terus berupaya meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) di Tanah Air. Tujuannya, sebagai energi alternatif atau untuk pengganti energi fosil yang kian lama kian menipis.
Ketua bidang Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sammy Hamzah mengatakan, transformasi energi fosil ke EBT pasti akan terjadi. Namun sayangnya, kata dia, pemerintah belum mempunyai rencana yang jelas dalam transisi energi tersebut.
“Sepertinya belum ada blue print yang jelas terhadap transisi dari EBT ini,” katanya.
transisi ini sangat penting agar tidak mengorbankan para pelaku bisnis yang bergerak di energi fosil. Sebab, industri energi fosil banyak mempekerjakan tenaga kerja.
“Tentu ini harus diakomodasi, para pelaku bisnis energi fosil juga akan bertransformasi begitu pula dengan pekerjanya, ini harus dipikirkan,” jelasnya.
Pemerintah juga harus memikirkan pergantian pendapatan negara. Sebab, energi fosil baik minyak dan batu bara cukup berkontribusi besar dalam pendapatan negara.
“Jangan sampai transisi yang tidak berjalan dengan baik bisa dapat mendistorsi ekonomi secara keseluruhan,” tandasnya.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan bahwa penggunaan energi fosil yang semakin besar membuat cadangan sumber energi ini kian tipis. Karena itu, peralihan penggunaan energi fosil menuju EBT merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan.
Tanpa penemuan cadangan yang baru, kata Arifin, minyak bumi di Indonesia akan habis dalam sembilan tahun ke depan, gas bumi akan habis 22 tahun lagi, dan batu bara akan habis 65 tahun mendatang. Oleh karena itu, pada 2025 pemerintah menargetkan bauran energi baru dan terbarukan mencapai 23%.