BIMATA.ID, JAKARTA- Problem yang menimpa petani hari ini seakan tak pernah surut. Setelah mereka kesulitan perihal pupuk sejak beberapa pekan lalu, kini mereka dibikin kembali gigit jari dengan harga jual hasil panen yang lesu. Bahkan, terjadi penurunan hingga 35 persen dari biasanya.
Sejumlah warga yang tergabung dalam asosiasi petani menggelar aksi. Bukan demo, tapi membagi-bagikan hasil pertanian mereka kepada warga.
“Ini dijual tidak laku. Laku pun sangat murah. Makanya kita bagikan ke warga,” jelas Heru Purnomo Setio Budi, Sekretaris Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Jember.
Aksi mereka itu terbilang nekat. Sudah tidak memperhitungkan untung atau rugi. Sebab, memang sudah sedari awal petani merasa dirugikan. Karena kebersamaan nasib itu pula, mereka kompak. Mengadakan aksi solidaritas membagikan hasil pertaniannya ke warga. Terlihat berbagai sayuran mereka bagikan.
Tidak butuh waktu lama, aksi mereka membagikan sayur-sayuran itu sudah habis dalam waktu dua jam.
“Ini kita lakukan bertepatan dengan Hari Tani Nasional (Hartanas) sekaligus bentuk protes petani karena tidak ada perlindungan terhadap komoditas pertanian selama ini,” sambung Jumantoro, Ketua HKTI Jember.
Ketiadaan perlindungan kepada hasil pertanian itu menjadi pukulan saat masa-masa paceklik seperti sekarang. Bukan karena tidak bisa produksi, tapi karena hasil produksi petani yang tidak laku atau murah.
“Saat harga stabil dan naik, pemerintah justru bikin pasar bazar. Saat harga anjlok, tidak terlihat keterlibatannya. Semoga aksi teman-teman ini menjadi pengingat pemerintah kita,” jelasnya.