Petani Cirebon Sulit Mendapatkan Pupuk
BIMATA.ID, JAKARTA- Sekretaris Majelis Pertimbangan DPC Serikat Petani Indonesia Kabupaten Cirebon, Dedi Supriyatno, mengatakan, tahun ini merupakan tahun terberat bagi para petani. Di wilayah Cirebon, petani sulit mendapatkan pupuk jenis ZA dan Pokska.
”Di wilayah timur, meliputi Kecamatan Lemahabang, Astanajapura, Pangenan, dan Kecamatan Gebang,” kata Dedi.
Dinas Pertanian dapat melakukan sidak di lapangan, terkait kesulitan para petani di Kabupaten Cirebon mendapatkan pupuk.
Sebagian besar para petani mengandalkan kebutuhan sehari-harinya dari hasil pertanian.
“Katanya ada regulasi baru dari pemerintah tentang program kartu tani yang menjangkau lebih dari 12 juta petani. Namun sekarang belum ada,” katanya.
”Harus tanggung jawab kalau pupuk sampai telat karena bisa menurunkan produktivitas,” sambungnya.
Pemerintah pusat sudah mengajak direktur Pupuk Indonesia untuk menyelesaikan permasalahan pupuk bersubsidi, sehingga perkembangan sektor pertanian menjadi maju.
“Harus bisa diselesaikan. Dinas pertanian pun harus turun, agar persoalan kelangkaan pupuk tidak berkepanjangan,” katanya.
Petani di Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengaku siap melakukan alih tanam dari tanaman padi ke kacang panjang pada musim kemarau tahun ini. Hal tersebut karena kacang panjang tidak membutuhkan banyak air.
Petani di Kecamatan Talun, Aliyudin (45), mengatakan, tanaman kacang panjang memiliki masa tanam selama 40 hingga 50 hari. Sedangkan untuk tanaman padi, paling cepat 100 hari atau tiga bulan.
Hal tersebut dilakukan untuk menutup kerugian, lantaran di Kecamatan Talun, hanya mampu melakukan tanam padi maksimal dua kali dalam setiap tahunnya.
“Bayangkan, kalau musim kemarau tidak tanam apa-apa dapat penghasilan dari mana?. Kalau kacang panjang ini, bisa tiga kali panen selama kemarau ini,” kata Aliyudin.
Aliyudin mengatakan, untuk kacang panjang sendiri, nantinya akan dijual langsung ke pasar tradisional terdekat atau pun kepada masyarakat yang membutuhkan.
“Kacang panjang dijual dengan harga Rp7 ribu perkilonya,” kata Aliyudin.